Rabu, 10 April 2013

Tell me, your love -Chapter one-


Main Cast :
-Choi Soo Ae
-Cho Kyu Hyun
-Kim Ryeo Wook
-Park Hyo Rin
-Jung Hye Mi
-Park Jun Su
-Other Cast... (Find it by yourself)


Genre: Romance, Friendship, School life.
Rating: General
Note: FF ini berasal dari bawah alam sadar sang Author, jika ada persamaan nama, karakter or dll. mohon dimaklumi (But, untuk kesamaan cerita itu hal yang mustahil), Reader yang baik selalu meninggalkan jejak setelah membaca.. No CoPas..  < hargai karya orang lain jika karyamu mau di hargai orang lain>

*Happy reading. . .


Prolog
Jogeumman ahpado nummulnayo Gaseumyi soricheoyo (Meskipun sedikit sakit, airmata keluar dari jeritan hatiku)
Geudae apeul guedae gyeoteul jinamyeon (Jika aku lewat didepanmu, disampingmu,)
Ontong sesangi geudaeyindae (Kau seluruh duniaku)
Geudaeman geurineundae (Aku hanya menginginkan-mu)
Geudae appaeseu sumyul jukyeoyo (Tapi aku tidak bisa bernafas, ketika aku ada dihadapanmu)
Taeyeon – Can you hear me

Soo Ae benar-benar merasa asing dengan gedung 4 lantai dihadapannya. Bagaimana ia bisa masuk. Ia melihat sekelilingnya kebanyakan mereka datang berkelompok sambil mengobrol. Ia merasa hanya dirinya yang sendirian. Mungkinkah akan ada yang bersedia menjadi temannya?
Perlahan ia langkahkan kakinya. Didalam sudah begitu ramai. Tiba-tiba saja sesuatu membentur tubuhnya dari belakang. Sontak Soo Ae terjatuh dilantai. Ia merasakan sakit dipunggungnya. Nampak sesosok namja dihadapannya. Wajahnya nampak menunjukkan kalau namja itu tengah tergesa-gesa. Soo Ae terpaku sejenak melihat wajah namja itu tanpa alasan.
Mianhae,” ucap namja itu singkat.
Namja itu mencoba membantu Soo Ae untuk berdiri namun Soo Ae mencegahnya.
“Sekali lagi aku minta maaf, yah,” namja itu segera beranjak pergi setelah Soo Ae berdiri.
Mata Soo Ae masih saja tertuju pada namja itu. Rasanya ada sesuatu yang menarik bola matanya. Benar-benar aneh.
Akhirnya ia sampai dikelas. Ia duduk dibaris kedua dari sebelah kanan dan dibangku nomor dua dari depan. Aku melihat sekelilingku. Nampak sekali hampir semua orang seolah sudah memiliki teman. Sementara ia masih sendiri. Ia tidak berharap ada yang menghampirinya dan mengajak berkenalan. Ada satu orang yang akan menemaninya duduk satu meja saja rasanya itu mustahil. Tiba-tiba saja kedua bola matanya kembali tertuju pada sesuatu. Namja itu, bukankah dia namja yang tadi menabrakku. Batin Soo Ae. Rupanya ia dapat kelas yang sama dengan Soo Ae. Rasanya tubuhnya kaku seketika. Lagi-lagi ia tak tahu tepat apa alasannnya.
“Permisi,” suara seorang yeoja mengagetkan Soo Ae. Ia menoleh dan melihat seorang yeoja berdiri disebelah tempatnya duduk.
“Ya, ada apa?” tanya Soo Ae.
“Bolehkah aku duduk di sini?”
Soo Ae tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya memberikan anggukan kecil. Yeoja itu pun segera meletakkan tasnya dimeja dan duduk di sebelah Soo Ae.
“Jung Hyo rin, itu namaku,” katanya sambil mengulurkan tangan kanannya.
Dengan kikuk Soo Ae pun meraih tangannya. “Choi Soo ae,” kata Soo Ae segera.
“Kau dari sekolah mana?”
“Ah. Aku baru saja pindah dari Seoul,” jawab Soo Ae.
“Wah! Kamu dari Seoul. Pasti menyenangkan, ya. Tinggal di kota besar,”
“Ah! Tidak juga,” tiba-tiba perasaan Soo Ae menjadi buruk.
“Wae? Bukankah banyak orang yang menginginkan tinggal di Seoul? Mengapa kau tidak?”
“Bukan tidak suka. Hanya tidak terlalu suka saja,” Soo Ae mencoba tersenyum ramah.
“Lalu dari sekian banyak kota, mengapa kau memilih Pulau gwangwon-do?”
“Karena di sini ada pulau yang begitu indah. Aku sangat senang di sini,” kata Soo Ae mencoba tersenyum kembali.
“Maksudmu, Nami?” tebak Hyo rin yang dilanjutkan dengan anggukan kepala Soo Ae.
“Na do,”
Kami larut dalam obrolan kecil. Untuk pertama kalinya Soo Ae mulai menyukai memiliki teman.

******

Hari pertama Soo Ae sekolah nampak berjalan dengan cukup lancar. Setidaknya jauh dari perkiraannya sebelumnya ia dapat memiliki teman secepat ini. Namun, sepertinya ada yang aneh dari diri Soo Ae. Entah mengapa semenjak ia bertemu dengan namja  itu. Ia merasa seperti ada suatu kekuatan lain yang mengendalikan dirinya. Ketika ia melihat kedua mata namja itu, seolah ada sengatan yang membuatnya kaku. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa ini hanyalah suatu kesalahan pada system tubuhnya saja. Tidak lebih.

*******
“Ya! Soo ae~yah! Sedang apa melamun di sana?” panggil Hyo rin pada Soo Ae yang tengah terduduk di depan kelas.
“Ayo kesini,” perintah Hyo rin.
“Ah, tidak usah. Aku di sini saja,” kata Soo Ae ragu. Nampaknya ia tak suka sesuatu yang berisik. Hyo rin tengah asyik mengobrol dengan teman-teman yang lain. Dia memang yeoja  yang supel.
“Ayolah! Kau akan sendirian saja di sana?”
“Na gwaenchanayo,” Soo Ae hanya mengangguk meyakinkan Hyo rin dan membuka komik kesayangannya.
Hyo rin melanjutkan obrolannya dengan teman-teman yang lain. Ia terlihat sangat cantik dari tempat Soo Ae duduk. Walau cukup jauh, suara tawanya jelas terdengar. Melihatnya seolah melihat sosok klise dari diri Soo Ae.
Tiba-tiba saja sesuatu yang lumayan berbobot mengenai kepala Soo Ae hingga ia terhuyung kebelakang.
“Soo Ae~yah!” terdengar teriakan Hyo rin ditelinga Soo Ae. Ia mencoba kuat. Ia memegang erat-erat dahinya. Seketika sekerumunan orang ada dihadapannya.
“Soo Ae~yah! Gwaenchanayo?” tanya Hyo rin yang nampak panic.
Soo Ae meringis sebentar. Tak dapat dipungkiri kepalanya begitu sakit setelah sebuah benda yang ternyata adalah bola basket itu melayang tepat kekepalanya. “Ne. Gwaenchana,” kata Soo Ae.
Neo jeongmal gwaenchana?” tanya seorang namja di tengah kerumunan.
Soo Ae mencoba menegakkan kepalanya dan melihat ke arah sumber suara itu. Namja itu lagi-lagi muncul di hadapannya.
Mianhae,” ucap namja itu seperti biasa dengan singkat.
Soo Ae menoleh ke arah Hyo rin yang berada disebelahnya. Nampak wajah Hyo rin yang terkejut memandang namja itu.
“Hyo rin~ah. Mianhae aku yang telah melempar bola itu kepada temanmu. Tapi, aku tidak bermaksud melakukannya. Tembakkanku meleset tadi,” jelas namja itu.
Gwaenchansseumnida,” kata Soo Ae segera. “Aku benar-benar tidak apa-apa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,”
“Kau sudah dengar kan? Soo ae tidak apa-apa,” kata Hyo rin pada namja itu.
“Kalian semua boleh pergi,” lanjut Soo Ae.
Seketika semua orang pun pergi. Hanya menyisakan Soo Ae dan Hyo rin.
“Kau benar-benar tidak apa-apa, eoh?” tanya Hyo rin untuk yang kesekian kali.
“Ne. Harus berapa kali aku katakan padamu bahwa aku tidak apa-apa? Kau tahu kan, kalau aku ini yeoja yang kuat,”
Hyo rin hanya tersenyum-senyum sendiri sambil memandangi namja yang tadi salah melesatkan bolanya pada Soo Ae yang kini tengah kembali bermain bola basket dilapangan tidak jauh dari tempat mereka duduk.
“Hyo rin~ah!” panggil Soo Ae yang mendapati kawannya termenung.
Terlihat wajah kaget Hyo rin. “Ne,” jawab Hyo rin segera.
“Kau kenapa?” tanya Soo Ae heran.
“Aniya,” elak Hyo rin.
Aku tidak tahu apa yang tengah Hyo rin pikirkan. Yang jelas aku melihat sesuatu sisi berbeda dari dirinya. Batin Soo Ae.

****

Dia memanggil namaku? Namja itu memanggil namaku? Siapa dia? Bukankah kita tidak saling mengenal. Tapi mengapa dia tahu namaku? Batin Hyorin.
Hyo rin terus melanjutkan langkahnya menuju perjalanan pulang. Dipikirannya tak henti memutar rekaman saat dimana namja yang baru saja ia temui sewaktu insiden bola basket yang menghantam kepala Soo Ae. Ia sangat penasaran dengan namja bertubuh tinggi dengan rambut hitam itu. Yang terus ia pertanyakan adalah bagaimana namja itu dapat mengetahui namanya.
Soo Ae berbaring di kamarnya sambil menempelkan sebuah benda karet yang berisikan cairan didahinya. Rupanya ia tengah mengompres dahinya. Nampak sekali tanda biru lebam didahi yeoja manis itu. Ia terus menerus mengumpat kesal pada namja yang telah menyebabkan tanda biru betengger didahinya.
“Dasar kau, namja pabo!” umpat Soo Ae kesal. Namun kemudian sunggingan senyum dibibirnya menandakan hal lain. Nampaknya ia tak benar-benar sedang kesal. Perlahan ia memejamkan mata dan membayangkan wajah namja yang telaha sukses membuatnya celaka dua kali.
“Aku yakin ini hanyalah kesalahan pada system tubuhku. Aku hanya sedang tidak sehat,” Soo Ae meyakinkan dirinya bahwa ia tak sungguh-sungguh memikirkan namja itu.

****

“Baiklah. Bagi kalian yang ingin mendaftarkan diri silahkan tulis nama lengkap kalian dikertas ini!” seru seorang namja  yang mengenakan seragam basket berwarna biru yang kemudian menyebarkan sebuah kertas kepada seluruh siswa di kelas tersebut.
“Ya! Soo Ae~yah, apa kau akan mengikutinya?” bisik Hyo rin.
“Kelihatannya menarik. Aku memang menyukai olahraga. Bagaimana denganmu?” tanya Soo Ae.
“Mmm. . . Aku.  . Kau tahu kan kalau aku tak suka sama sekali dengan olah raga, apapun jenisnya,” jelas Hyo rin.
“Lalu?”
“Tentu saja aku tidak akan mengukutinya,”
Soo Ae hanya terdiam sejenak kemudian segera meraih pulpennya dan mengisi kertas pendaftaran tersebut.
“Soo Ae, apa kau sungguh-sungguh?” tanya Hyo rin tak percaya.
“Tentu,”
“Baiklah kalau begitu,”

******

“Selamat datang bagi para anggota baru. Selamat bergabung di Club-B!” seru salah seorang namja yang kelihatannya tidak asing. Rupanya namja itu sama dengan namja yang membagikan selebaran kertas formulir tadi pagi.
Soo Ae mulai mengikuti kegiatan di Club-B. Ia terlihat cukup mudah beradaptasi dengan para anggota di sana. Rupanya banyak juga yeoja yang bergabung kedalam Club basket yang popular itu.
Latihan pun dimulai. Soo Ae mulai menunjukkan keahliannya dalam men-dribble bola. Hampir saja ia berhasil melesatkan bola ke dalam keranjang, namun nampaknya pijakkan kaki kanannya tidak terlalu tepat hingga ia tak dapat menopang berat tubuhnya. Soo Ae pun terjatuh. Ia begitu heran karena anehnya ia tak merasakan sakit sama sekali. Rupanya ada sesosok tubuh yang tengah menyangggahnya. Tubuh yang nampak kekar. Semua orang yang berada dilapangan tersebut memusatkan mata mereka ke arah Soo Ae yang masih terpaku.
“Jeosonghamnida,” kata Soo Ae spontan setelah melihat tubuhnya menindih tubuh seorang namja yang tengah meringis.
“Gwaenchanayo,” jawab namja itu sambil tesenyum.
Soo Ae melihat ada luka disiku namja itu. Ia pun berusaha menebus kesalahannya dengan mencoba memberikan sapu tangannya. Namun namja  itu menolaknya dengan halus dan terus meyakinkan bahwa ia baik-baik saja. Soo Ae mencoba menghilangkan rasa bersalahnya. Ia pun kembali melanjutkan permainan setelah namja itu menyuruhnya .
Saat bermain basket, Soo Ae masih memikirkan namja tadi yang telah menolongnya. Tergambar dipikirannya bagaimana namja itu tertatih berjalan menuju kelas. Tiba-tiba saja Soo Ae kehilangan konsentrasinya dan mendapat teguran dari Sunbae-nya.
“Ya! No. 21!” teriak Park Jun Su pada Soo Ae yang masih melamun. Salah seorang teman Soo Ae menyenggol bahunya untuk menyadarkannya.
“Eh,” ucap Soo Ae spontan.
“Kau! No.21!”
Soo Ae bingung melihat Sunbae-nya menunjuk ke arahnya. “Mwo?”
“Choi Soo Ae! Apa kau tuli?!” bentak Jun Su.
Jeosonghamnida,” sesal Soo Ae sambil menundukkan kepalanya.
Gwaenchana?”
Belum sempat Soo Ae menjawab, Jun Su memotongnya, “Kalau kau tidak enak badan, lebih baik kau istirahat saja. Percuma saja jika kau berusaha bermain dengan kondisi seperti ini,” kata Jun Su tegas.
Ne, jeosonghamnida,”
Sudah. Hari ini cukup untukmu,”
Soo Ae pun meninggalkan tempat latihan dengan setumpuk perasaan yang membebaninya. Entah mengapa kali ini untuk pertama kalinya ia merasa sangat bersalah untuk hal yang tidak terlalu rumit. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke rumah dan mencoba me-refresh pikirannya dengan beristirahat di kamarnya. Baru saja ia memulai menutup matanya, bayangan dua orang namja tergambar dipikirannya. Sontak hal itu sangat mengganggu. Ia berusaha menghapung bayangan tentang kedua namja tersebut. Namun nampaknya itu agak sulit baginya. Ia pun memutuskan untuk mengambil sebuah komik dari rak bukunya dan mulai membaca komik tersebut.

******
“Bagaimana hari pertamamu di Club-B?” tanya Hyo Rin pada Soo Ae yang tengah asyik membaca komik kesukaannya dibawah pohon taman sekolah. Mereka tengah menikmati jam istirahat dengan bersantai di taman sekolah.
“Mmm.. biasa saja,” jawab Soo Ae datar.
“Ya! Apa-apaan ini? Mengapa kelihatannya kau tak senang seperti itu? Apa ada yang menggaggumu?” tanya Hyo Rin bertubi-tubi.
“Kau ini. Mengapa sekarang seolah kau menjadi ibuku?” ledek Soo Ae pada sahabatnya itu. Hyo Rin hanya bisa memanyunkan bibirnya saja.
“Tentu aku senang. Kalau tidak senang pun aku akan segera keluar. Lagipula apakah harus tertawa untuk mewakili setiap kesenangang?”
Nan molla,” kata Hyo Rin dengan memasang wajah polosnya yang kemudian diselingi dengan tawa dari keduanya.
“Ku dengar kau mengikuti ekskul tari, benarkah itu?” tanya Soo Ae.
Ne. Itu benar,”
“Mengapa kau tak memberitahuku?”
“Aku kira kau sudah tahu. Bukankah aku sudah pernah mengatakannya? Atau jangan-jangan aku lupa?”
“Kau ini. Bagaimana? Apakah menyenangkan?”
Ne. Pasti akan selalu menyenangkan bila ada diriku, iya kan?” jawab Hyo Rin dengan PD-nya.
“Aigoooo, temanku ini,” Soo Ae hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Hyo Rin.
Suara bel pun menggema. Mereka berdua segera berlari menuju kelas dengan riang.
Di kelas, seperti biasa, Soo Ae selalu saja berusaha mencuri-curi pandang pada namja yang ternyata memiliki nama ‘Cho Kyu Hyun’. Dan seperti biasa pula ia selalu meyakinkan dirinya bahwa ia hanya sedang tak sadar melakukan hal itu.
“Waeyo,” bisik Hyo Rin yang mendapati keanehan dari Soo Ae. Soo Ae dengan sedikit terkejut menjawab bahwa tidak terjadi apa-apa. Ia mengatakan bahwa ia hanya memperhatikan sekeliling dan mencoba mengecek siswa yang tidak masuk kelas. Untunglah bagi Soo Ae karena Hyo Rin tidaklantas curiga. Ia pun menghela napas panjangnya.

*******

Hari ini seperti biasa Soo Ae menyempatkan diri berlatih bersama Club-B. Perkembangannya terlihat cukup baik dalam memainkan bola. Setidaknya ia tak dapat pil pahit dari sunbae-nya Park Jun su.
“Kau hebat!” seru salah seorang partner Soo Ae.
Gomawo,” balas Soo Ae.
“Aku Jung Hye Mi. Senang sekali menjadi partner-mu. Kau, Choi Soo Ae, kan?”
Ne. Dari mana kau tahu namaku?”
“Tentu saja aku tahu. Kau kan cukup terkenal di sini,” puji Hye Mi.
“Itu sangat tidak benar. Mana mungkin aku ini popular,” kata Soo Ae tak percaya.
“Aku hanya becanda,” jawab Hye Mi segera. “Sebenarnya aku tahu namamu sejak insiden tempo hari,” jelas Hye Mi.
“Insiden?” Soo Ae semakin tak mengerti.
“Mmm. Insiden saat kau hampir terjatuh dan ditolong oleh Ryeo Wook,”
“Ooo,” Soo Ae mulai mengerti. “Tunggu. Jadi namja itu bernama Ryeo Wook?” tanya Soo Ae diikuti oleh anggukan Hye Mi.
“Jadi kau tak mengenalnya?”
Soo Ae menggeleng.
“Aku kira kau sudah mengenalnya,”
“Memangnya mengapa?”
“Ani,” kata Hye Mi singkat. Kemudian ia menyodorkan sekaleng minuman soda pada Soo Ae. “Untukmu,”
“Ah. Gomawo,”
“Bagaimana kalau mulai hari ini kita berteman?” pinta Hye Mi.
Mwo?” Soo Ae nampak terkejut hingga ia tersedak soda yang tengah ia teguk.
Wae? Apa kau tak suka berteman denganku?” Hye Mi nampak kecewa.
Ani. Aku bersedia,”
Gomawo,” Hye Mi langsung memeluk Soo Ae yang masih nampak bingung.

*******

Eomma,”
“Wae?”
“Apa ada yang berubah dariku?” tanya Soo Ae.
Eopso,” jawab Soo Ae-eomma setelah ia memandang putrinya sebentar.
“Lalu, apa ada yang menarik dariku?”
Soo Ae-eomma kembali memandangi putrinya. Kemudian ia tersenyum. “Tentu saja ada. Bahkan semua yang ada pada putriku itu menarik,”
“Aishhh! Eomma, nan jeongmal,” kata Soo Ae kesal.
Eomma do jeongmal,” Eomma berusaha meyakinkan. “Musun iriya?”
“Ani. Amugotdo eopso,”
Yasudah. Jika tidak ada apa-apa cepatlah pergi ke kamarmu. Istirahatlah,” perintah Eomma.

********

Soo Ae masih dibingungkan dengan tingkah Hye Mi padanya. Ia memandangi bayangannya dicermin. Ia melihat dengan seksama wajahnya.
“Aku tidak cantik. Tidak juga popular. Bahkan aku tidak kaya. Lalu,” Soo Ae terus bicara di depan cermin. Sampai akhirnya ia frustasi dan mengacak rambutnya. Terdengar suara eomma  yang menyuruhnya untuk segera beristirahat. Soo Ae pun melompat ke kasur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

*******

Hari ini seperti biasa Soo Ae menjalani kegiatannya di sekolah. Walaupun agak tidak bersemangat, ia mencoba mengerahkan seluruh tenaganya. Sudah seminggu terakhir ini sejak ia masuk sekolah, tidurnya selalu tak bisa nyenyak. Kalau sebelumnya ia dipusingkan dengan dua bayangan namja, sekarang malah seorang yeoja  yang membuat kepalanya seolah berputar. Entah mengapa ia tak dapat menyamakan Hye Mi dengan Hyo Rin. Baginya Hyo Rin-lah satu-satunya yang dapat ia percaya sebagai teman. Namun Soo Ae juga tidak ingin menutup diri bagi siapapun yang ingin berteman dengannya. Ia mencoba meyakinkan dirinya untuk membuang pikiran negatif terhadap Hye Mi.
Nampaknya Hyo Rin tengah disibukkan dengan kegiatan tarinya. Sejak tadi pagi ia terlihat sibuk sekali. Bahkan ia merengek pada Soo Ae agar memaafkannya jika ia mengabaikan Soo Ae. Soo Ae pun mencoba memaklumi Hyo Rin dan mengatakan bahwa ia juga akan melakukan hal yang sama jika ada diposisi Hyo Rin.

*******

“Soo Ae~yah!”  panggil seorang yeoja dari pintu kelas. Nampaknya itu adalah Hye Mi. ia berlari menghampiri tempat duduk Soo Ae. “Kau tidak keluar? Bukankah ini jam istiraha?”
“Aku sedang tidak ingin keluar,” jawab Soo Ae.
Hye Mi melihat ada yang aneh dari mata Soo Ae. Nampaknya bola mata Soo Ae tengah memperhatikan sesuatu. Ia pun mencoba mengitari pandangannya dan menemukan jawabannya.
“Ahhh..! Soo Ae, apa kau menyukainya?” tanya Hye Mi spontan.
Ne?” Soo Ae terkejut.
Namja yang duduk di pojok itu,” bisik Hye Mi.
Soo Ae nampak kaget hingga pipinya memerah.
“Kau tak perlu berbohong. Lihat! Pipimu memerah,” ledek Hye Mi.
“Aaaniya. Tidak mungkin aku menyukainya. Kau hanya salah paham saja,” jelas Soo Ae terbata.
“Aku tidak mendengarnya,” Hye Mi menutup telinganya saat Soo Ae menjelaskan.
“Hye Mi~yah!” Soo Ae merajuk. Sementara Hye Mi hanya tertawa melihat tingkah Soo Ae. “Baiklah aku akan mengunci mulutku,”

********

“Ahhh..! Soo Ae, apa kau menyukainya?”
Namja yang duduk di pojok itu,”
Kata-kata Hye Mi terus menerus terputar dipikiran Soo Ae. Akhirnya ia memutuskan pergi ke kemar mandi untuk membasuh wajahnya. “Tidak mungkin! Tidak mungkin aku menyukainya! Jelas-jelas kita tidak saling akrab satu sama lain. Aiishhhhh.. !!!” ucap Soo Ae bertubi-tubi sambil terus membasuh wajahnya.
Saat perjalanan menuju ke kelas. Tanpa sengaja ia menginjak sesuatu yang licin dan membuat ia tergelincir kelantai. Ia mengeluh dan meringis kesakitan. Rupanya yang telah ia injak adalah sebuah kulit pisang. Ia pun semakin geram karena ia tak menyukai pisang. Soo Ae menengok ke belakang yang ternyata nampak seorang namja tengah berjalan menuju kamar mandi. Soo Ae mengambil kesimpulan bahwa namja itulah yang telah membuang kulit pisang di lantai. Tanpa segan-segan ia pun melempar kulit pisang tadi kea rah namja yang tak terlihat wajahnya itu. Lemparannya tepat sekali mengenai kepala namja itu. Tidak sia-sia jika Soo Ae mengikuti Club-B. Soo Ae tersenyum puas. Namja itu perlahan berbalik. Sementara Soo Ae yang masih terduduk di lantai terus menantikan siapa namja  yang telah membuatnya celaka.
Betapa terkejutnya Soo Ae ketika melihat wajah namja itu. Matanya membulat seperti kelereng. Napasnya terasa sesak seketika. Jantungnya berpacu sepuluh kali lipat. Kakinya gemetaran. Sementara namja itu berusaha mengambil kulit pisang yang mengenai kepalanya. Ia pun nampak terkejut mendapati Soo Ae yang tengah berada di hadapannya.
Neo?!”



TBC.. ne,... berlanjut di chapter selanjutnya ^^



0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates