Author: Echa aka Choi Hyo Joo
Twit: @Echa407
Cast :
Main:
-Lee Donghae
-Cho Kyuhyun
-Choi Hyo Joo
Support:
-Kim Soo Ae
-Nichkhun
-Park Han ni
-Lee Hyuk Jae aka Eunhyuk
-Other Cast you can find it by yourself
Genre: Friendship, motivation, dll
Length: Series
Disclaimer
: This Fanfiction pure made by me, start from my brain ^^ its never
published before at the other place, NO PLAGIAT! NO COPY PASTE!
Annyeong..
mian author baru sempet nongol.. mumpung liburan sebelum UAS.. Author
mau kasih lanjutan FF yg sprtinya sudah lama terabaikan oleh author..
MIAN juga blum smpet bles komenan dipart sebelumnya... pulsa modemnya
limit... ehehehee...
WARNING:
DON'T FORGET TO COMENT + LIKE AFTER YOU READ... :D
Oke langsung aja ditengoookkk...
Author POV
Kyuhyun
datang dengan wajah geramnya dan segera meraih foto-foto yang
terpampang kemudian merobeknya tanpa ampun. Ia meremas sebagian potongan
foto yang tersisa dikepalannya. Matanya menatap tajam pada satu titik
sementara mahasiswa lain yang berada ditempat itu hanya memandangnya
sambil berbisik satu sama lain.
Saat ia hendak melangkah,
tiba-tiba langkahnya terhenti karena seseorang menyentuh bahunya dari
belakang. Kyuhyun berbalik. Ia terlihat sedikit terkejut ketika
mendapati namja yang kini ada dihadapannya. Mereka pun itu pun saling
bertukar pandang sejenak.
“Wae geurae?” tanya Kyuhyun yang sepertinya tak senang bahunya disentuh.
“Keuraeyo?” kata namja itu serius.
“Apa maksudmu?” kata Kyuhyun tak acuh.
Kali ini namja itu terdiam.
“Semuanya bukan urusanmu,” kata Kyuhyun yang berbalik dan beranjak pergi. Sejenak ia berbalik kearah namja tadi dan berkata, “Nice to meet you again,” ia kembali berbalik dan meneruskan langkahnya.
Donghae POV
Aku
menyusup diantara kerumunan Mahasiswa yang entah tengah melihat apa.
Akhirnya dengan bersusah payah, aku pun tiba disumber yang telah membuat
kampus ramai pagi ini. Entah mengapa lagi-lagi aku tak mengerti atas
apa yang telah aku lakukan. Tidak biasanya aku ikut campur urusan orang
lain.
Aku melihat beberapa foto yang terpampang. Betapa
terkejutnya diriku melihat wajah seorang namja yang aku kenal difoto
itu. Itu jelas sekali. Dia benar-benar Cho Kyuhyun. Berkali-kali aku
lihat pun, ia memang Cho Kyuhyun. Tapi siapa yeoja yang tengah
dipeluknya mesra itu? Aku berpikir dan terus berpikir. Sepertinya
diotakku ini menyimpan separuh ingatan mengenai yeoja itu. Setelah
berusaha mengingat wajah yeoja itu akhirnya aku mendapatkan jawabannya.
Dia adalah yeoja heels itu.
“Bagaimana bisa? Apa itu artinya dugaanku benar?” gumamku.
Aku
teringat kembali pada kejadian semalam saat aku dan yeoja itu tengah
asyik menyanyikan lagu dengan piano. Ia berkata bahwa itu adalah lagu
untuk ex-boyfriend-nya. Aku sempat berpikir bahwa itu adalah Kyuhyun.
Dan pagi ini, aku yakin bahwa mereka memiliki hubungan yang tidak biasa.
Saat
aku akan beranjak pergi, tiba-tiba seorang namja datang dengan wajah
marah dan merobek foto-foto tersebut. Itu adalah Kyuhyun. Aku menjadi
semakin bingung. Aku berada tepat dibelakangnya saat ini. Saat aku
sadari kalau ia akan segera beranjak pergi, aku beranikan diri untuk
menghentikannya. Aku raih bahunya. Ia berbalik kearahku dan kami saling
bertatapan. Tatapan ini, adalah tatapan yang sangat asing. Sudah setahun
kami tak menatap satu sama lain. Aku melihat jelas kalau ia sedikit
terkejut melihatku.
“Wae geurae?” tanya Kyuhyun yang.
“Keuraeyo?” kataku serius.
“Apa maksudmu?” kata Kyuhyun acuh.
Aku terdiam. Aku menyadari bahwa tak seharusnya aku menanyakan ini. Aku tahu bagaimanapun hubungan kami memang sudah renggang.
“Semuanya bukan urusanmu,” kata Kyuhyun yang berbalik dan beranjak pergi. Sejenak ia berbalik kearahku.
“Nice to meet you again,” ia kembali berbalik dan meneruskan langkahnya.
Melihat
sikapnya yang sangat dingin dan acuh padaku, aku tak merasa sedih
ataupun kesal. Karena aku tahu kalau ini sangat wajar. Ia pantas
memperlakukanku seperti itu. Aku pun pergi meninggalkan tempat ini yang
kelihatan sudah tak seramai tadi.
oooOOOooo
Author POV
Han ni menghampiri Soo Ae yang tengah terduduk dibawah pohon.
“Mwo haeyo (sedang apa)?” tanya Han ni yang duduk disamping Soo Ae.
Soo Ae tak menjawab. Ia terlihat masih terisak.
“Kau menangis?” selidik Han ni.
“Bukan urusanmu,” kata Soo Ae yang mulai mengusap sisa airmatanya.
“Yeogi,” Han ni menyodorkan sebuah sapu tangan kepada Soo Ae.
Soo Ae menoleh perlahan dan memandang wajah Han ni. Han ni tersenyum. Soo Ae pun mengambil sapu tangan tersebut dan memakainya.
“Bukankah aku sudah mengingatkanmu,” kata Han ni.
“Maksudmu?”
“Jangan berpura-pura tak mengerti lagi. Aku tahu kau mengerti maksudku,”
“Nan jeongmal pabo!
Aku memang tak mengerti apa-apa. Bahkan aku tak mengerti mengapa aku
begini?” kata Soo Ae sambil meremas rambutnya yang nampak frustasi.
“Tak perlu menyalahkan dirimu sendiri. Kau hanya akan terlihat semakin bodoh,”
Soo Ae menatap Han ni.
“Apa aku salah jika aku marah pada sahabatku seperti ini?” tanya Soo Ae.
“Disaat seperti ini kau masih saja memikirkannya. Kau ini memang bodoh rupanya,” kata Han ni.
Soo ae terdiam. Ia nampak bingung apa yang akan ia katakana selanjutnya.
“Apa sebenarnya salahku?” keluh Soo Ae.
“Kesalahanmu adalah karena kau terlalu bodoh,”
“Mengapa kau selalu berkata kalau aku bodoh? Aku memang bodoh, arayo,”
“Justru aku begini agar kau mengerti bahwa kau tidak seharusnya bersikap bodoh lagi,” kata Han ni yang nampak kesal.
“Kebodohanmu
adalah terlalu mempercayai sahabatmu. Kau terlalu naïf. Kau berpikir
bahwa sahabatmu itu bagai malaikat yang tak mungkin menyakitimu.
Harusnya kau dengarkan aku,” lanjut Han ni.
“Aku tak menyangka
kalau ia akan menusukku,” kata Soo Ae pelan. “Sepertinya aku harus
kembali ketempatku semula. Aku tidak akan sanggup berada disini lagi,”
lanjut Soo Ae.
“Mworago? Jadi kau akan menyerah? Lalu
membiarkan sahabat yang telah merebut cintamu tersenyum diatas
kehancuranmu?” kata Han ni bertubi-tubi.
“Apa lagi yang aku lakukan? Apa aku harus berada disini dan menyaksikan mereka? Itu lebih menyakitkan,”
“Setidaknya kau tunjukkan bahwa kau kuat,”
“Maksudmu?”
“Bukankah
selama ini tak ada yang memandangmu? Tak ada yang menoleh kearahmu?
Bagaimana bisa Kyuhyun memandangmu? Kau lihat dirimu. Kau terlalu asyik
dalam baying-bayang Hyo Joo. Tidak akan ada yang dapat memandangmu. Itu
karena kau tertutupi. Setidaknya sekarang kau tunjukkan siapa dirimu.
Aku yakin kau bisa terlihat tanpa bayang-bayang Hyo Joo. Kau memang
pintar. Tapi kau tertutupi. Sekarang saatnya kau berdiri diatas kakimu
sendiri,” jelas Han ni.
“Sebenarnya apa tujuanmu mengatakan ini padaku? Aku yakin kau punya maksud lain,” selidik Soo Ae.
“Ini
karena aku kasihan padamu. Karena aku pernah berada diposisimu.
Setidaknya aku tak sepayah dirimu yang hanya bisa menangis,” kata Han
ni. Kemudian ia bangkit berdiri. “Keurae, sepertinya aku sudah cukup banyak berbicara. Aku harap kau mengerti ucapanku. Pikirkan itu baik-baik Kim Soo Ae. Na ganta (aku pergi dahulu),” Han ni beranjak pergi dan meninggalkan Soo Ae.
oooOOOooo
Hyo Joo POV
Aku
mencoba focus dengan pelajaran yang tengah berlangsung. Aku tak
melihat Soo Ae lagi yang senantiasa duduk disampingku. Kali ini aku
benar-benar merasa sendiri. Sae ri dan Eunhyuk yang duduk didepanku tak
hentinya menoleh kearahku. Mereka meyakinkanku bahwa semuanya akan
baik-baik saja. Dan aku tahu bahwa semuanya memang sudah kacau. Aku
menoleh kekanan tempat dimana Kyuhyun duduk. Bahkan ia pun tak ada
disana. Apa aku pantas disini?
“Nona Choi!” panggil Min Jae seongsaengnim.
Aku mendongak.
“Selesai pelajaran kau harus keruanganku,” perintahnya.
“Ne, algesseumnida,” kataku.
Pelajaran
pun selesai. Aku sangat malas menghadap Min Jae seongsaengnim. Tapi apa
boleh buat, aku masih beruntung karena ia memberikanku izin mengikuti
pelajarannya.
“Gwaenchanayo?” tanya Eunhuk padaku.
“Ne, gwenchana,” kataku yang mencoba tersenyum.
“Hyo Joo~yah, kau tak usah khawatir. Soo Ae pasti tidak akan apa-apa,” hibur Sae ri padaku.
Aku hanya membalas dengan senyum.
“Na ganta,” kataku.
“Oedi gaseyo?” tanya Sae ri.
“Aku akan mengahadap Min Jae seongsaengnim. Na ganta,”
“Ne, haeng-uneul bireoyo! (good luck!),” sambung Eunhyuk.
“Ne,” kataku yang kemudian berlari pergi.
oooOOOooo
“Sudah kuberi kau keringanan waktu seminggu!” teriak Min Jae seongsaengnim.
Aku yang terkejut menelan ludahku.
“N-n-ne,” kataku terbata.
“Kau ini benar-benar membuatku marah! kau pikir aku tak mengetahui saat kau melamun sepanjang pelajaranku?” katanya lagi.
Aku terkejut untuk kesekian kalinya. `Jadi ia tahu kalau aku tadi melamun,’ batinku.
“Aku
tidak mau tau. Percuma jika aku menambah hukumanmu. Besok pagi kau
harus sudah mengumpulkan tanda tangan itu!” katanya tegas.
“Ne?” kataku .
“Kau
ini bukankah peserta `Dream Theater’? Mana mungkin kau tak mengenal
para mahasiswa populer? Selesaikan tugasmu mala mini juga!”
oooOOOooo
Author POV
Hyo
Joo berjalan dengan langkah beratnya. Ia mengacak rambutnya frustasi
sambil tertunduk. Tak sengaja ia berpapasan dengan Kyuhyun. Ia mencoba
menghindar kesebelah kanan, namun Kyuhyun juga mengambil langkah
kekanan. Ketika ia mengambil langkah kekiri, Kyuhyun pun sebaliknya.
Akhirnya Hyo Joo berhenti ditempat.
“Silahkan,” Hyo Joo memberi ruang untuk Kyuhyun.
Kyuhyun
pun berjalan melewati Hyo Joo. Hyo joo yang akan memulai langkahnya
kembali akhirnya terhenti setelah mendengar ucapan Kyuhyun.
“Jeosonghamnida,”
Hyo Joo terhenti dan menoleh.
“Untuk apa?” tanya Hyo Joo.
“Untuk hari ini,”
“Apa aku pantas mendapatkan ucapan permintaan maaf?”
“Apa yang kau katakan?”
“Aniyo. Amuildo anieyo,”
“Aku benar-benar meminta maaf,”
“Ara.
Aku tahu kalau kau sungguh-sungguh. Untuk orang sepertimu yang tak
pernah mengucapkan maaf, kali ini kau terlihat lebih baik,” kata Hyo
Joo.
“Gomawoyo,” kata Kyuhyun. Nampak wajahnya dengan rasa bersalah.
“Keurae. Na ganta,” kata Hyo Joo. Kyuhyun mengangguk.
Merekapun saling mengambil langkah mereka masing-masing.
oooOOOooo
Hye na tengah berada disebuah ruangan. Ia nampak tengah mencari seseorang.
“Dimana
dia? Sepertinya tak ada orang disini. Bukankah Han ni bilang dia sering
berlatih disini,” kata Hye na dengan wajah bingung.
Tiba-tiba
saat ia hendak keluar bajunya tersangkut dipiano. Alhasil, itu membuat
roknya robek. Hye na panic. Ia bingung memikirkan cara bagaimana ia
keluar dengan roknya yang robek.
“Aaa! Eottokhae?” keluh Hye na.
“Aisshh! Bagaimana aku bisa keluar. Ini sangat memalukan,”
Tiba
– tiba terdengar langkah kaki seseorang yang memasuki ruangan itu. Hye
na pun terkejut. Ia segera bersembunyi dibalik piano.
“Aisshhh… mengapa dia datang saat sekarang?” keluh Hye na.
“Donghae~yah!” panggil seorang namja yang baru saja datang. Rupanya ia adalah Ryeowook.
“Kemana dia?” kata Ryeowook.
“Tunggu. Sepertinya ada seseorang tadi disini,” lanjut Ryeowook yang melihat sobekan kain dipiano.
“Eottokhae?” batin Hye na cemas.
Ryeowook
merasa curiga. Ia pun mengedarkan kedua matanya untuk menyelidiki
ruangan tersebut. Ia menundukkan badannya kebawah piano yang memang
sedari tadi ia curigai. Ia tersentak ketika melihat Hye na yang terduduk
disana. Tubuh Ryeowook terbanting dilantai. Sementara Hye na yang juga
kaget pun berteriak dan menutupi wajahnya dengan kedua matanya.
“N-n-nuguya?” kata Ryeowook.
“Jangan takut. Ini aku. Hye na,” Hye na membuka kedua telapak tangannya yang sedari tadi menutupi wajahnya.
“Neon? Mwo haeyo?”
“N-n-na,” kata Hye na terbata. `aigo! Bagaimana aku menjelaskan padanya?’ batin Hye na.
“Waeyo? Ayo keluar dari sana,” kata Ryeowook yang mulai mendekat kembali kepada Hye na.
“Jangan mendekat!” bentak Hye na.
Ryeowook pun bingung.
“W-w-wae? Aku kan hanya.. “
“Jeosonghamnida. Aku tidak bermaksud membentakmu. Aku.. “ potong Hye na.
“Mwo?”
“Chom dowa juseyo? (Can you help me?)” tanya Hye na.
“Mwoya?”
“Sebenarnya
ini sangat memalukan,” kata Hye na pelan. “Rokku tak sengaja tersangkut
tadi. Dan kau tahu apa? Rokku robek. Aku tak berani keluar dengan
keadaan seperti ini,” jelas Hye na yang pipinya mulai memarah.
Ryeowook tertawa mendengar penjelasan Hye na.
“Mengapa tertawa?” tanya Hye na kesal.
“Kau lucu sekali,” kata Ryeowook yang tak hentinya tergelak.
“Yasudah kalau kau tak ingin membantu biar aku pergi saja,” kata Hye na yang kemudian bangkit berdiri.
Ryeowook
yang melihat Hye na berdiri segera memalingkan wajahnya ketika tak
sengaja ia melihat rok Hye na yang robek. Ia menutupi kedua matanya
dengan telapak tangannya.
“Ya! Kau gila?” kata Ryeowook tanpa menatap Hye na.
“Mwo?”
kata Hye na yang menoleh kepada Ryeowook. Ia melihat Ryeowook yang
tengah membelakanginya. Ia pun menyadari bahwa pasti Ryeowook sudah
melihat roknya yang robek. Refleks ia menutupi roknya dengan kedua
tangannya sambil menggigit bibirnya.
“Aisshh! Apa yang kau lihat?” tanya Hye na.
“Opsoyo. A-a-amugoto opso,”
Ryeowook membuka sweater yang tengah ia kenakan perlahan.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Hye na cemas.
“Tenanglah,” kata Ryeowook. Kemudian ia menyodorkan sweater-nya kepada Hye na yang berada dibelakangnya tanpa menoleh. “Pakailah ini untuk menutupi itu,”
“Mwo?” Hye na mengambil sweater tersebut. “Keurae,” ia segera mengikat sweater tersebut dipinggangnya.
“Sudah?”
“Eemmm,”
Ryeowook menoleh dan memandang Hye na.
“Keurom, aku pergi sekarang. Aku pinjam sweatermu, oppa,” kata Hye na.
“Ne. Ka!”
Hye na pun beranjak meninggalkan ruangan tersebut. sementara Ryeowook kembali tersenyum melihat tingkah Hye na.
oooOOOooo
“Kau yakin tak melihat Soo ae?” tanya Sae ri pada Eunhyuk.
“Ne,”
“Eottokhae?” rengek Sae ri.
“Mollaso,” kata Eunhyuk bingung.
“Bagaimana jika Hyo Joo tau? Dia pasti akan sangat sedih,” lanjut Sae ri.
“Mengapa semuanya menjadi serumit ini?”
“Ini semua salahku. Aku tahu Hyo Joo tak salah. Aku yakin,” kata sae ri.
“Mengapa kau menyalahkan dirimu?”
“Kalau saja bukan karena aku mungkin Hyo Joo dan Kyuhyun tidak akan saling dekat,” sesal Sae ri.
“Ya!
Ini bukan salahmu. Jangan salahkan dirimu,” kata Eunhyuk mencoba
menenangkan Sae ri. Ia merangkul bahu Sae ri. Sae ri pun menyandarkan
kepalanya dibahu Eunhyuk.
Eunhyuk mengusap bahu Sae ri. Tiba-tiba Sae ri tersentak dan mengangkat kepalanya dari bahu Eunhyuk.
“Wae geurae?” tanya Eunhyuk.
“Aniyo,” kata Sae ri gugup. “Hyuki~yah sepertinya aku harus segera menemui Hyo Joo,” kata Sae ri yang segera bangkit.
“Aku ikut,” kata Eunhyuk.
“Andwae!”
kata Sae ri kencang. “Maksudku. Kau disini saja. Lagipula aku akan
membicarakan masalah wanita pada Hyo Joo. Kupikir jika aku berbicara
padanya dari hati kehati sebagai wanita mungkin itu akan menenangkan Hyo
Joo,” kata Sae ri mencari alasan.
“Keurae,”
“Na ganta. Bye, Hyuki!” Sae ri menyempatkan memegang bahu Eunhyuk sebelum ia beranjak pergi.
“Anak itu benar-benar aneh,” kata Eunhyuk sambil menggelengkan kepalanya.
oooOOOooo
Hyo Joo POV
Seharian
ini aku tak melihat Soo ae. Bahkan ia tak ada disetiap mata kuliah.
Kemana dia? Aku benar-benar khawatir. Harusnya kami tengah berkumpul
berempat sekarang untuk membicarakan persiapan audisi besok.
“Soo ae~yah nan bogoshippoyo,” ucapku lirih.
oooOOOOooo
Aku berusaha menyembunyikan kesedihanku. Aku segera mengambil secarik kertas dari dalam sakuku.
“Kim
Ryeowook dan Lee Donghae. Kedua namja yang sebentar lagi akan memulai
debut sebagai pasangan duet,” aku membaca kertas tersebut.
“Apa aku harus melakukan ini?” keluhku.
Aku
melanjutkan membaca. “Park Han ni dan Shin Hye na. Dua yeoja yang sudah
memulai debutnya di Jepang sebagai Girlband yang bernama, `H2Shine’. Ige mwoeyo? Mana bisa aku meminta tanda tangan dari yeoja yang bernama `Park Han ni’ itu?” kataku kesal.
“Tunggu.
Bukankah aku hanya membutuhkan tiga tanda tangan? Kalau begitu biar aku
meminta pada yeoja yang bernama Hye na saja,” kataku.
Aku mulai
membaca kembali untuk mencari tau informasi mengenai yeoja yang bernama
Hye na itu. Rupanya ia bukan mahasiswa asal universitas ini. Dia
mahasiswa yang berkuliah di Jepang. Entah bagaimana bisa ia debut
bersama Han ni. Dan menurut kabar, ia akan segera menjadi mahasiswa
disini.
Akhirnya aku sampai disebuah ruangan yang kudengar
merupakan tempat dimana Ryeowook dan Donghae sering berlatih bersama.
Aku pun tanpa ragu memasuki ruangan tersebut.
“Annyeonghaseyo,” sapaku pada seorang namja yang terlihat tengah menulis sesuatu didekat piano.
“Ne. annyeonghaseyo, “balasnya.
“Benarkah kau yang bernama Kim Ryeowook?” tanyaku.
“Ne. keurae. Wae?”
Aku mulai mendekat.
“Begini. Aku Choi Hyo Joo dari semester satu kelas A2. Maksud kedatanganku kesini adalah untuk memenuhi tugasku,”
“Tugas?”
“Emm. Aku mendapat tugas dari Min Jae seongsaengnim untuk mengumpulkan tanda tangan dari mahasiswa populer disini. Jadi, aku ingin meminta tanda tanganmu. Bolehkah?”
“Apa kau yakin ingin meminta tanda tanganku?” kata Ryeowook sambil tersenyum kecil. “ bahkan aku baru akan debut esok lusa,”
“Aku yakin. Karena aku tahu kalau kau adalah mahasiswa yang populer bahkan sebelum kau debut,” rayuku.
“Kau berlebihan,” kata Ryeowook dengan tersipu. “Baiklah. Berikan aku pulpen dan bukumu,”
“Yeogi,” kataku yang menyodorkan buku digenggamanku dan segera diambil oleh Ryeowook.
“Gomawo, Oppa,” kataku setelah Ryeowook mengembalikan bukuku dengan berisi tanda tangannya.
“Jangan panggil aku dengan sebutan Oppa. Aku jadi merasa tua,” candanya sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Aku pun tersenyum.
Tiba-tiba datang seorang yeoja menghampiri kami.
“Oppa!” panggilnya.
“Hye na~yah,”
“Anyeong,” sapa yeoja itu padaku. Kemudian ia menghampiri Ryeowook.
“Yeogi. Aku hanya ingin mengembalikan milikmu,” kata yeoja itu sambil menyodorkan sebuah kantung berwarna biru muda. “Gomawo,” ucapnya lembut.
“Oppa , kau tak melihat Donghae oppa hari ini?” tanya yeoja itu pada Ryeowook.
“Aniyo. Aku juga heran mengapa ia menghilang,” jawab Ryeowook.
Kemudian aku melihat yeoja itu berbisik pada Ryeowook. Aku sempat mendengar suaranya. “Itu yeojachingu-mu?” bisiknya. Sontak itu membuatku hampir saja tergelak. Namun aku menahannya dan berpura-pura tak mendengar.
“Aniyo,”
kata Ryeowook. “Ah biar aku kenalkan,” Ryeowook menghampiriku. “Ini
Choi Hyo joo, mahasiswa semester satu,” jelasnya pada yeoja itu.
“Oh! Annyeong, Naneun Shin Hye na imnida,” kata yeoja yang ternyata bernama Hye na itu.
“Bangapseumnida,” kataku.
“Nado. Kebetulan, aku akan berkuliah disini juga. Semoga kita bisa sekelas yah,” ucapnya ramah.
“Ne. Aku sangat senang jika dapat sekelas dengan penyanyi terkenal sepertimu,” pujiku.
“Kau bisa saja,” kata Hye na tersipu.
“Apa-apaan ini? Sepertinya ada yang mengabaikanku,” kata Ryeowook.
“Mwoya?” rajuk Hye na.
“Ah. Hye na~yah,” panggilku.
“Ne,”
“Yeogi,” aku menyodorkan bukuku.
“Mwoya?”
“Aku ingin meminta tanda tanganmu. Anggap saja ini permintaan dari seorang Fans,” kataku.
“Kau tak perlu begitu. Aku akan memberikannya sebagai hadiah pertemanan kita,” katanya. Aku langsung tersenyum.
“Gomawoyo,” kataku.
Aku msih tak mempercayai bahwa yeoja yang bernama Hye na akan sebaik dan seramah ini. Untunglah, karena itu memudahkanku.
oooOOOooo
“Mwo?” kata Han ni.
“Sudah ku katakana bahwa aku meminta tanda tanganmu,” Kata Hyo Joo.
“SIREO!”
“Jebalyo,” rengak Hyo Joo.
“Aku bilang tidak itu artinya tidak!”
“Park Han ni!” bentak Hyo Joo.
“MWO?”
“Jebalyo,” kali ini Hyo Joo berlutut dihadapan Han ni.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Han ni bingung.
“Aku bilang aku butuh tanda tanganmu,” Hyo Joo.
“SIREO!!! SIREO!!!!” teriak Han ni.
Hyo Joo terlihat bingung melihat Han ni yang histeris. Ia pun pergi.
oooOOOooo
“Jebalyo?” rengek Hyo joo kali ini dihadapan Donghae.
“Apa kau selalu menyedihkan seperti ini,” sindir Donghae.
“Kumohon.
Apapun yang harus aku lakukan aku akan melakukannya. Asal kau
memberikan tanda tanganmu disini. Dibuku ini,” rayu Hyo Joo.
“Sireo,”
“Sireo?” kata Hyo Joo kesal.
“Wae?”
“Aniyo,” Hyo Joo berusaha memendam kekesalannya.
“Naga!”
“Sireo,”
“Naga!” Donghae menarik tangan Hyo Joo untuk menyuruhnya pergi.
“Sireo,” kata Hyo joo bersikeras.
“Neo,”
“Mwo?”
“Jadi
kau ingin tanda tangan?” tanya Donghae yang mendekatkan wajahnya dengan
wajah Hyo Joo. “Berikan aku bukunya,” Hyo Joo memberikan buku tersebut
kepada Donghae. Donghae meletakkan buku itu didinding dan mulai
menuliskan tanda tangannya.
Setelah selesai
menulis dengan cekatan ia menarik tangan Hyo Joo dan menahan tubuh Hyo
Joo didinding. Hyo Joo pun terkejut dengan perlakuan Donghae yang kini
mengurungnya dalam ruang sempit diantara dinding dan kedua tangan
Donghae .
“Wae geurae?” kata Hyo joo yang terlihat gugup dalam kedekatannya dengan namja itu.
“Aku sudah memberikan apa yang aku mau,” kata Donghae yang semakin mencondongkan kepalanya.
“Ne,” Hyo joo menelan ludahnya menahan gugup.
“Gomawo,”
“Hanya itu?”
“Maksudmu,”
“Harusnya kau memberikanku ini,” Donghae mendekatkan wajahnya dan berusaha mencium Hyo Joo.
oooOOOooo
Sae ri menghampiri Hyo Joo yang tengah tertidur dengan meletakkan kepalanya diatas meja kelas.
“Hyo Joo~yah!” panggil Sae ri.
“Aisshh! Yeoja ini. Mudah sekali terlelap dimanapun. Hyo Joo~yah!” Sae ri mengguncangkan tubuh Hyo Joo.
Hyo
Joo terbangun dengan wajah yang sangat terkejut sekali. Sae ri yang
melihatnya nampak bingung. Ia memperhatikan Hyo Joo yang masih mematung.
“Hyo Joo~yah. gwaenchanayo?” kata Sae ri yang kemudian memegang kening Hyo Joo seolah memastikan kesehatannya.
“Hyo Joo~yah! jangan menakutiku,” kata Sae ri yang melihat Hyo Joo tetap pada posisinya.
“Sae ri~yah,” kata Hyo Joo yang segera memeluk Sae ri.
“W-w-waeyo?” kata Sae ri bingung.
“Aku mungkin sudah gila,”
“Ya! Mengapa kau baru menyadari sekarang,” kata Sae ri setelah melepaskan pelukan Hyo Joo.
“Mwo?”
“Aku hanya becanda,” Sae ri tersenyum nakal.
“Apa yang sebenarnya terjadi?” selidik Sae ri yang mendapati wajah muram Hyo Joo.
“Aniyo. Aku hanya mimpi buruk tadi,”
“Mimpi apa?”
“Ah! Tidak penting,” jawab Hyo Joo gugup. “Sae ri~yah, kau tak melihat Soo ae? Apa dia bersamamu tadi?” tanya Hyo Joo.
“Itu. . .”
“Wae? Soo ae belum kembali?”
“Hyo Joo~yah, kau tenang saja. Aku yakin nanti Soo ae akan kembali,” hibur Sae ri.
“Emm,” Hyo Joo terlihat sedih.
“Jangan sedih begitu. Kau nampak bodoh,” canda Sae ri.
Hyo Joo tersenyum.
“Kalau tersenyum seperti itu kau terlihat cantik,” sambung Eunhyuk yang baru saja datang.
“Hyukie!” kata Hyo Joo dan Sae ri bersamaan.
Eunhyuk
tersenyum sambil menggaruk tengkuknya. “Ya! Adakah yang lapar? Mari
kita makan! Aku akan mentraktir kalian?” ajak Eunhyuk.
“Assa!” kata Sae ri senang. “Hyo Joo~yah, kaja!” Sae ri menarik tangan Hyo Joo.
Mereka bertigapun pergi bersama.
oooOOOooo
Soo
Ae tengah memandangi refleksi dirinya dicermin. Ia menatap tajam kepada
dua buah matanya yang terpantul dicermin. Diteliganya terdengar kembali
ucapan Han ni yang terus saja terngiang.
“Kebodohanmu
adalah terlalu mempercayai sahabatmu. Kau terlalu naïf. Kau berpikir
bahwa sahabatmu itu bagai malaikat yang tak mungkin menyakitimu.
Harusnya kau dengarkan aku,”
“Bukankah
selama ini tak ada yang memandangmu? Tak ada yang menoleh kearahmu?
Bagaimana bisa Kyuhyun memandangmu? Kau lihat dirimu. Kau terlalu asyik
dalam baying-bayang Hyo Joo. Tidak akan ada yang dapat memandangmu. Itu
karena kau tertutupi. Setidaknya sekarang kau tunjukkan siapa dirimu.
Aku yakin kau bisa terlihat tanpa bayang-bayang Hyo Joo. Kau memang
pintar. Tapi kau tertutupi. Sekarang saatnya kau berdiri diatas kakimu
sendiri,”
“KIM SOO AE! Apa benar kau sebodoh ini?” ucap Soo ae pada bayangannya dicermin.
“Mengapa aku seolah membenarkan kata-kata Han ni? Mengapa begini?” lanjutnya.
Perlahan
ia mulai melepaskan kacamata dengan frame cokelatnya yang terlihat
sudah kuno. Ia kembali menatap cermin. Namun kali ini ia tak dapat
melihat dengan jelas bayangannya.
“Aku memang lemah. Setidaknya
itu yang saat ini akau rasakan,” katanya yang mulai menitikan cairan
bening dari kedua matanya. Kemudian ia membanting kacamatanya kelantai
dan menangis.
oooOOOooo
Hyo Joo POV
Aku
berusaha memantapkan langkahku. Aku harus menyelesaikan tugasku malam
ini. Harusnya malam ini aku sedang berlatih untuk audisi besok. Disaat
Eunhyuk tengah sibuk dengan latihan dance-nya, Sae ri yang sibuk melatih
vocal-nya, aku malah sibuk mencari tanda tangan. Dan Soo Ae. Dimana dia
saat ini? Apa dia baik-baik saja? Bukankah besok hari yang sangat
ditunggu olehnya? Aku masih tak percaya bahwa kita sudah sejauh ini.
Aku
tiba diruangan ini. Ruangan yang menurut Sae ri selalu dipakai oleh
Donghae untuk berlatih Dance. Sebenarnya kalau aku lihat tempat ini taka
sing bagiku. Aku baru ingat kalau aku pernah kesini waktu pertama aku
pindah keasrama. Aku melangkahkan kakiku masuk kedalam. Tapi mengapa
terlihat sepi sekali? Aku mengedarkan seluruh pandanganku mengitari
setiap sudut ruangan ini. tiba-tiba…
“Ehhmmm..” terdengar suara namja yang tengah batuk. Sontak aku kaget dan berbalik. Ternyata dia adalah Donghae.
“Mwo haeyo?”
“A-a-aku. . . “ kataku gugup. Aku heran mengapa aku selalu gugup didekatnya.
“Pasti kau tak bisa menjawabnya lagi,”
“Buka n begitu,”
“Mwo?” tanyanya acuh.
“Aku ingin meminta tanda tangan darimu?” kataku ragu.
Donghae tergelak.
“Wae?”
“Aniyo. Kau lucu sekali,” katanya tanpa henti tergelak.
“Aku serius,”
“Jadi selama ini dugaanku benar. Kau ini ternyata seorang stalker-ku,”
“Mwo?”
“Jangan mengelak,” godanya.
“Tapi,” aku baru saja ingin mengelak. Namun, aku rasa ini kesempatan yang bagus untukku meminta tanda tangannya dengan mudah.
“Ne, oppa. Na jeongmal joahaeyo,” rayuku.
Donghae terlihat risih dengan sikapku.
“Oppa, jebalyo. Aku sangat butuh tanda tanganmu itu,” aku semakin mendekat.
“Ya! Apa yang kau lakukan?” bentaknya. “ Kau hampir membuatku takut,” katanya.
“Ini. Tanda tanganlah,” aku menyodorkan bukuku.
“Apa imbalan yang akan kau berikan padaku?”
“Ne?”
“Cokelat? Jam tangan? Atau . . .”
“Atau apa?” aku memotong.
“Atau ciuman,”
Aku terkejut dan menelan ludahku. Aku teringat kembali mimpiku.
“Ya! Aku hanya becanda. Mengapa kau jadi membeku begitu,”
Akhirnya ia mengambil bukuku dan menandatanganinya.
“Gomawoyo,” kataku.
“Ne. Anieyo,”
“Saranghae,” kataku reflex ketika melihat senyumnya yang manis.
“Mwo?”
“M-m-wo? Mwo?” kataku bingung.
“Kau bilang saranghae?”
“Ah! Maksudku Saranghae dariku sebagai fans nomor satu untukmu,” dustaku gugup. Aku yakin saat ini wajahku sudah seperti kepiting rebus.
“Kau ini. Tidak bisa. Posisi fans nomor satu sudah ditempati,” katanya congkak.
“Aku tidak peduli. Pokoknya sekarang aku jadi fans nomor satu-mu,”
“Tidak bisa,”
“Pokoknya harus bisa,” aku beranjak pergi.
“Ya!”
ia memanggilku. Namun aku terus berjalan tanpa menoleh kepadanya. Aku
tersenyum kecil. Saat mendengar suaranya yang memanggilku dengan
rengekan anak kecil.
oooOOOooo
Akhirnya aku
berhasil mendapatkan tiga buah tanda tangan. Aku benar-benar senang.
Tapi aku merasa ada sesuatu yang kurang. Soo ae. Dia sama sekali tak
nampak hari ini. Bahkan ia tak ada dikamar sekarang. Aku benar-benar
sedih. Aku sudah mencoba menghubunginya berulang kali, namun ia tak
menjawab. Aku mencoba menelepon kerumahnya. Ayahnya bilang Soo ae sedang
pergi keluar. Apa yang harus aku lakukan? Sementara besok aku harus
mengikuti audisi yang menurutku sangat berat. Aku tak bisa tanpamu Soo
ae. Kau yang selama ini menjadi sahabatku.
Aku mencoba menenangkan
perasaanku dan menghibur diriku sendiri dengan berkata bahwa besok Soo
ae akan kembali dan bersamaku lagi. Aku menarik selimutku. Kemudian aku
mencoba menutup kedua mataku dan terlelap seperti Sae ri yang berada
disampingku.
oooOOOooo
Author POV
“OMO! Aku akan terlambat!” teriak Hyo Joo yg baru saja terbangun panic.
“Sae ri~yah, bangunlah!” ia mengguncangkan tubuh sahabatnya itu yang masih terlelap.
“Kau tak tahu ini sudah jam 7 pagi,” kata Hyo Joo.
“MWO?” kata Sae ri kaget. Ia segera bangkit berdiri dan berlari menuju kamar mandi.
“Ya! Aku duluan yang mandi,” teriak Hyo Joo.
“Aku saja. Aku hanya sebentar, kok,”
“Ne. Ppalli!”
oooOOOooo
Eunhyuk
sudah sangat rapi dengan kaos putih bercorak hitamnya. Tak lupa ia
kenakan topi kesayangannya. Ia berjalan dengan riang sambil sesekali
melakukan dance disela-sela langkahnya.
oooOOOooo
“Han ni~yah! Mengapa tak membangunkanku?” kata Hye na.
“Kau itu sudah seperti batu kalau sedang tidur. Aku hampir frustasi membangunkanmu,”
“Uh!” hye na mengerucutkan bibirnya.
“Sudah sana pergi mandi yeoja nakal,” kata Han ni.
“Ne, chamkanman. Aku hanya sebentar,” pinta Hye na dengan wajah seperti anak TK.
“Ne,” Han ni tersenyum. Ia memegangi sebuah kalung bertandakan huruf ‘H’ dengan erat.
oooOOOooo
“Kau sudah siap?” tanya Ryeowook pada Donghae yang masih asyik duduk dikasurnya.
“Ne,”
“Ppali,”
“Ne,”
Donghae bangkit. Sebelum bangkit ia menyempatkan mencium sebuah boneka
penguin kecil mirip dengan boneka yang ia kirimkan untuk Hyo Joo.
“Kaja!” ajak Donghae ceria.
Ryeowook hanya tersenyum melihat sahabatnya yang nampak senang pagi ini.
oooOOOooo
“Tunggu!” teriak seorang namja dari kejauhan. Eunhyuk yang asyik menari tak menyadari ada namja yang memanggilnya.
“Kau! namja dengan topi hijau. Tunggu sebentar,” teriak kembali namja itu.
Eunhyuk menoleh. “Nan?”
“Ne,” namja itu berlari menghampiri Eunhyuk.
“Kyuhyun~ah?”
“Kau mengenalku? Ah! Kita kan teman sekelas,” kata Kyuhyun.
“Ada apa?”
“Bukankah kau juga mengikuti audisi? Alangkah lebih baik jika kita pergi bersama . . .” Kyuhyun terlihat berpikir.
“Eunhyuk,” kata Eunhyuk.
“Ah! Keurae. Eunhyuk,” katanya.
“Baiklah. Kaja!” ajak Eunhyuk.
Mereka pun berjalan bersama.
oooOOOooo
Seorang
yeoja dengan rambut roll-nya yang terurai meletakkan kacamata usangnya
dimeja rias. Kemudian ia mengambil sebuah kacamata berwarna hitam besar
dan pergi meninggalkan ruang kamar tersebut dengan langkah anggun.
oooOOOooo
Seorang
namja dengan rambut berwarna cokelat tua turun dari sebuah mobil tepat
didepan universitas. Ia membuka kacamata hitam besarnya dan tersenyum.
Ia mulai melangkahkan kakinya memasuki universitas tersebut. Nampak
beberapa yeoja yang mengagumi ketampananya mengikuti namja itu
dibelakang. Namun namja itu terlihat senang dengan situasinya.
oooOOOooo
“BAIKLAH! AUDISI AKAN SEGERA DIMULAI,” ucap Min jae seongsaengnim yang memang menjadi pembawa acara dalam audisi itu.
Ups... audisi dimulai... jeng... jeng.... bagaimana yah kelanjutannya... hahaha ... TBC...
0 komentar:
Posting Komentar