Kamis, 11 April 2013

FF-Series (Mocca Cappu `Chino') Chapter 3

Author: Echa aka Choi Hyo Joo
Twit: @Echa407
Cast :
Main:
-Lee Donghae
-Cho Kyuhyun
-Choi Hyo Joo
Support:
-Kim Soo Ae
-Nichkhun
-Park Han ni
-Lee Hyuk Jae aka Eunhyuk
-Other Cast you can find it by yourself
Genre: Friendship, motivation, dll
Length: Series

annyeong readers.. mian yah klau terlalu lama.. author banyak kerjaan *soksibuk* *abaikan* yasudah... monggo dibaca... 
happy reading...

PLEASE RCL (READ, COMENT, LIKE)



Hyo Joo POV
Aku membanting tubuhku dikasur setibanya dikamar. Aku benar-benar masih shock atas apa yang telah ku ketahui malam ini. Aku benar-benar tidak percaya jika aku akan bertemu dengan Fishy. Awalnya aku hanya mengira bahwa kami akan menjadi teman khayalan selamanya. Apa itu artinya aku harus menepati janjiku? Andwae!
Aku teringat kembali pada janji yang telah aku sepakati dengan Fishy. Setiap kali Fishy menyanyikan lagu untukku dan menghiburku, aku selalu bertanya berapa yang harus kubayar untuk semuanya. Namun ia selalu saja menjawab bahwa itu bukan masalah dan berikan saja senyuman. Padahal jelas-jelas ia tak dapat melihat wajahku. Suatu hari ia sempat berkata bahwa aku harus mengucapkan `Saranghae’ padanya sebanyak lagu-lagu yang telah ia nyanyikan untukku jika suatu saat kami saling bertemu. Aku menolaknya, namun ia bilang bahwa itu adalah harga yang harus ia bayar dan itu artinya aku harus berjanji. Akhirnya aku berjanji karena aku pikir bahwa tidak mungkin kami akan bertemu. Namun yang terjadi mala mini… ANDWAE!
Aku menarik selimutku dan kemudian segera menutupi seluruh tubuhku. Aku pun mencoba terlelap dikeheningan malam ini.

Author POV
Seorang yeoja dengan gaun biru tengah memegangi ponselnya sambil mendengarkan music dari sebuah radio. Yeoja itu terduduk dengan anggunnya di sofa kamar yang sangat glamour. Nampak masih terlihat riasan wajah yang menambah kecantikannya.
`My everything….’
`Oh… my every..thing…’
Sepertinya lagu yang ia tengah dengarkan telah selesai. Yeoja itu pun tersenyum kecil setelah menyadari bahwa lagu tersebut sudah selesai.
`Saranghaeyo My Lovely Pororo’ terdengar suara dari namja yang baru saja selesai bernyanyi di radio. Sontak saja kata-kata itu mengejutkan yeoja yang sedari tadi menikmati lantunan suara namja itu.
“Pororo?” ucap yeoja itu pelan.
“Apa tidak ada sepatah katapun untukku?” lanjutnya dengan raut wajah yang kini muram.
“Apa aku benar-benar harus menghubunginya?”
“Ah! Aku tidak peduli. Aku akan menghubunginya. Dia pasti merindukanku.” Yeoja itu segera meletakkan ponsel ditelinganya.
“Yeoboseyo!” sapa yeoja itu.
“Yeoboseyo?” lanjutnya. Sepertinya ada sesuatu yang mengganggunya.
“Nu.. Nu guya?” ucapnya ragu.
Tiba-tiba yeoja itu pun menjadi kesal.
“Aishhh! Mengapa dimatikan? Siapa dia? Ini tidak mungkin! ANDWAE!!” Teriak yeoja itu kesal.

Hyo Joo POV
Baru saja aku memejamkan mataku. Tiba-tiba suara ponsel berbunyi. Tapi sejak kapan aku mengubah ringtone ponselku dengan lagu itu. Pikirku. Namun aku segera menjawab posel tersebut karena suaranya yang terus mengganggu.
“Ne. Yeoboseyo.” Jawabku pada seorang yeoja yang tak aku kenal suaranya.
Kemudia yeoja itu malah mengulang kata-katanya. `apa dia tuli?’ kesalku.
`Nu.. Nu guya?” tanya yeoja itu padaku. Aku benar-benar bingung dan segera mengecek nomornya diponselku. Ketika aku melihat ponselku, aku beru menyadari bahwa ini bukanlah ponsel milikku. Aku pun segera mematikan ponselku.
“Aisshhhh!! Ponsel siapa ini?” kataku kesal.
Aku mencoba mengingat-ingat. Akhirnya aku menyadari bahwa ponsel ini adalah ponsel milik Fishy atau Donghae. Aku yang telah mengambilnya. Dan bodohnya diriku, aku lupa membawa ponselku dan malah membawa ponsel ini. ‘Huh’
Akhirnya semalaman aku tak bisa terlelap. Entah mengapa aku selalu saja terbayang wajah namja itu. Sejak aku mengetahui bahwa ia adalah Fishy, aku benar-benar merasa gila. Apa ini artinya aku harus menepati janjiku dan segera melunasi hutang-hutangku padanya selama ini. mungkin saja dengan begitu aku bisa tenang. Tapi bagaimana bisa aku melakukannya? Dia pasti akan berpikir kalau aku ini yeoja gila.
Aku segera menuju ruang makan yang terletak dibawah kamarku. Aku melihat appa yang tengah sibuk membuat sarapan pagi untukku. Appa-ku memang yang terbaik. Aku segera duduk dimeja makan dengan tak semangat.
“Hyo Joo~yah, Wae geurae?” tanya appa padaku.
Amugotdo opsoyo, appa.” Jawabku.
“Jangan berbohong pada appa.”
Jeongmaliya. Na gwaenchana.” Ucapku meyakinkan appa.
“Yasudah, kalau memang tidak ada masalah. Sekarang waktunya putri ayah sarapan pagi.” Katanya sambil membawa sepiring roti bakar dengan isi keju sambil tersenyum.
Gamsahamnida, appa.” Kataku sambil tersenyum pada appa.
“Nah, begitu. Kalau tersenyum anak appa terlihat semakin cantik.” Rayu appa padaku.

oooOOOooo……

Author POV

Hari ini Hyo Joo akan menjalani masa hukumannya dari Min Jae Seonsaengnim. Sebelum pelajaran dimulai Hyo Joo sudah terlihat siap dengan membawa sebuah papan yang bertuliskan `Nan Yeoja Pabo’ dan mulai berkeliling ke kelas-kelas.
Hyo Joo nampak tidak begitu peduli dengan ledekan dari setiap mahasiswa yang mengejeknya ketika Hyo Joo masuk kekelas mereka. Rupanya ia masih memikirkan kejadian tadi malam. Tak terasa akhirnya Hyo Joo sudah sampai pada kelas terakhir dan itu artinya setelah ini ia akan menyelesaikan hukumannya.
Hyo Joo masuk kekelas tersebut. Dan sontak semua mahasiswa disana tertawa geli melihat Hyo Joo. Mereka tak hentinya meledek Hyo Joo. Hyo Joo hanya dapat mengerucutkan bibirnya dan tak berani menatap kedepan. Ia hanya menatap kebawah sedari tadi.
“Ya! Diam!” teriak seorang namja.
Hyo Joo tersentak mendengar suara namja tersebut. Ia pun mengangkat kepalanya dan memberanikan diri menatap kearah namja tersebut. Ternyata namja itu adalah Donghae yang tak lain juga merupakan Fishy bagi Hyo Joo. Melihat sikap Donghae yang membelanya, malah membuat Hyo Joo makin gugup. Tiba-tiba saja ia merasa membeku dan tak mampu menggerakkan kakinya.
Hyo Joo berusaha melangkahkan kakinya keluar kelas tersebut dan segera menyelesaikan tugasnya. Sekuat tenaga ia berjalan menuju pintu keluar.
“Fiuuhh! Akhirnya.” Ucap Hyo Joo sambil memegang dadanya.
Eottokajyo? Sebenarnya apa yang terjadi padaku?” tanya Hyo Jo pada dirinya sendiri.
Aigo. Apa aku sudah gila.” Hyo Joo berjalan sambil mengacak rambutnya.

oooOOOooo

“Apa kau yakin kalau Hyo Joo akan menyelesaikan hukumannya?” tanya Sae ri pada Soo Ae dan Eunhyuk.
“Aku yakin kalau Hyo Joo mampu. Dia itu gadis yang kuat.” Kata Soo Ae.
“Ne. bahkan aku yakin Hyo Joo mampu menggundulkan kepala Min Jae Seonsaengnim setelah ini.” lanjut Eunhyuk.
“Ya! Hyukie!” Sae ri memukul kepala Eunhyuk dan Eunhyuk meringis.
“Kau ini kebiasaan sekali memukulku.” Kata Eunhyuk kesal.
“Kau sendiri yang bicara tanpa dipikir dahulu.” Balas Sae ri.
“Ya! Kalian ini pasti sedang membicarakanku, kan?” kata Hyo Joo yang tiba-tiba menghampiri Sae ri yang tengah berdebat dengan Eunhyuk.
“Hyo Joo~yah!” sapa Soo Ae. Dilanjutkan oleh Sae rid an Eunhyuk.
Eunhyuk menarik tangah hyo joo dan menyuruhnya duduk.
“Ya! Bagaimana hukumanmu?” bisik Eunhyuk.
“Menurutmu?” Kata Hyo joo.
“Aku yakin pasti kau menyelesaikannya.” Sambung Soo Ae.
Hyo Joo terdiam dan tersenyum kepada Sae ri, Eunhyuk  dan Soo Ae.
“Jadi…..?” kata Eunhyuk. Hyo Joo mengangguk. Kemudian Eunhyuk memeluk Hyo joo sambil berkata, “Ah! Sudah kuduga kau memang hebat.”
Hyo Joo terlihat bingung dengan perlakuan Eunhyuk. Kemudian Sae ri dan Soo Ae menarik kedua tangan Eunhyuk dan menjauhkan dari Hyo Joo.
“Mianhae. Hyo Joo~yah! Hyukie memang suka seperti itu. Tapi itu karena Hyukie menyayangimu sama seperti ia menyayangiku sebagai sahabatnya.” Kata Sae ri. Namun nampaknya Hyo Joo masih terpaku.
“Hyo Joo~yah?” panggil Soo Ae.
“Ya! Hyo Joo~Yah!” sambung Sae ri kali ini sambil menggerakkan telapak tangannya didepan wajah Hyo Joo.
Aigo.. apa yang kalian lakukan padaku?” ringis Eunhyuk yang tiba-tiba muncul dari bawah. Rupanya Eunhyuk terjatuh setelah terdorong oleh Soo Ae dan Sae Ri tadi.
“Choi Hyo Joo!” panggil Eunhyuk. Hyo Joo pun tersadar, “Ne.” kata Hyo Joo segera.
Wae? apa aku salah?” tanya Eunhyuk.
“Ani. Aku hanya teringat pada seseorang.” Kata Hyo Joo pelan.

Hyo Joo POV
Mengapa lagi-lagi aku harus mengingatnya? Pelukan itu, mengapa aku malah merasakan pelukanmu? Mengapa kau selalu menghantuiku Nichkhun~Ssi!
Aku berjalan dengan pelan menuju ruang kelas. Kali ini aku akan mengikuti kelas latihan suara. Sepertinya Soo Ae dan yang lainnya sudah tiba disana terlebih dahulu. Harusnya kami bersama, tapi karena aku harus menghadap Min Jae sonsaengnim terlebih dahulu untuk meminta waktu satu minggu lagi mengumpulkan tanda tangan yang diminta olehnya, kami pun terpisah.
Akhirnya aku sampai diruang kelas. Sebenarnya aku tidak terlalu semangat. Lagipula aku tidak mempunyai bakat menyanyi. Tapi untunglah sepertinya namja pabo itu tak ada hari ini. sejak tadi pagi aku tak melihatnya. Aku sangat senang sekali.
Tapi sepertinya aku melihat kemuraman diwajah Soo Ae. Tidak biasanya ia seperti itu. Soo Ae yang aku kenal selalu tersenyum, namun kali ini aku mendapati ia tengah muram. Sebenarnya sejak tadi pagi aku sudah melihat sesuatu yang aneh pada Soo Ae. Tetapi aku tak berani menanyakan masalah pribadinya.
Pelajaran dimulai. Seorang dosen cantik mulai mengajari kami bagaimana cara pengambilan suara. Dosen itu lumayan masih terlihat muda. Mungkin saja umurnya baru 26 tahun. Kelas kali ini benar-benar berbeda karena dipadati dengan mahasiswa dibanding mahasiswi. Aku mengerti mengapa begitu.
“Ok. Cukup untuk hari ini. Dan jangan lupa, untuk mengerjakan tugas yang telah aku jelaskan. Kita akan bertemu kembali pada tanggal 7 lusa.” Kata Dosen yang bernama asli Kim Rae hee itu.
`Tanggal 7.’ Batinku.
`Tanggal 7 Desember? Bukankah itu ulang tahun Nichkhun? Benar. Apa yang harus aku lakukan?’
“Hyo Joo~yah!” sapa Eunhyuk mengagetkanku.
“Ya! Mengapa kau terlihat kaget begitu?” tanya Eunhyuk heran.
“Ani. Sae ri~yah!” aku segera memanggil Sae ri yang berdiri didekat Soo Ae. Sebenarnya jarak kami tidak terlalu jauh.
Sae ri menoleh kearahku. Aku mulai mendekatinya.
“Sae ri~yah apa kau pernah memberikan hadiah ulang tahun kepada orang yang kamu sayangi?” tanyaku ragu.
Waeyo?” katanya sambil tersenyum.
“Apa kali ini kau sudah menemukan namja lain yang kau suka?” sambung Soo Ae.
Anni…” kataku.
Wae geurae? Mengapa kau terlihat bingung?” tanya Sae ri saat Eunhyuk sudah berada diantara kami kembali.
“Ini sedikit agak sulit,” aku mulai menjelaskan “Aku mempunyai seorang namja yang sangat aku cintai. Mungkin ini berlebihan, tapi… “ Sae ri memotong ceritaku dan berkata, “Your Ex-Boyfriend?” tanyanya.
“Dari mana kau tahu?” kataku kaget.
“Tentu saja dari Soo Ae.” Jawabnya.
“Jadi….”
“Mianhae, Hyo Joo~yah.” kata Soo Ae.
“Gwaencahanayo.” Kataku segera setelah melihat raut wajah Soo Ae yang terlihat menyesal.
“Justru bagus kalau Sae ri sudah tahu. Jadi aku tidak perlu repot-repot menceritakan padanya lagi. kau tahu kan ini tak sesingkat novel `Twilight’.” Kataku sambil tertawa.
“Jadi semua itu benar?” tanya Eunhyuk. Aku mengangguk dan entah mengapa aku merasa mereka menatapku aneh.
“Ya! Wae gaerae? Apa yang salah?” tanyaku. Mereka semua terdiam.
“Apa salah jika aku ingin memberikan hadiah untuk mantan namjachingu-ku?” tanyaku dengan nada yang lebih kencang.
“Hyo Joo~yah. tentu tidak salah. Hanya saja..” kata Soo Ae dan Sae ri memotong, “Menurutku tak terlalu buruk. Itu wajar-wajar saja.”
“Tapi…” Soo Ae menentang.
“Soo Ae. Kim Soo Ae. Apa buruknya memberikan hadiah? Aku tahu, apa yang sudah ia perbuat pada Hyo Joo. Justru ini adalah langkah untuk membalas perbuatannya.” Jelas Sae ri.
“Apa maksudmu?” tanyaku.
“Kau dengarkan kata-kataku ini. `menerbangkan kemudian menjatuhkan.’ Bumm!!” kata Sae ri dengan semangat.
“Aku tidak mengerti.” Kataku.
“Mana bisa kau tak mengerti?” kata Eunhyuk.
“Memangnya kau mengerti?” sambung Soo Ae. Eunhyuk malah menggeleng sambil tersenyum dan itu membuat semuanya kesal.
“Hyo Joo~yah. dengan kau memberikan dia sebuah hadiah yang romantis itu artinya secara tidak langsung kau akan membuatnya senang. Dan kemudian kau hanya perlu sesuatu hal yang dapat menjatuhkannya. Itu saja.” Jelas Sae ri.
“Lalu, hadiah apa yang romantis namun dapat menyakitkan?” tanya Soo Ae.
“Bagaimana kalau dvd?” usul Eunhyuk.
“Kau ini. jangan pengaruhi Hyo Joo dengan segudang dvd aneh mu itu.” Kata Sae ri.
Kami berempat berpikir sejenak. Kemudian sebuah suara terdengar, “Bagaimana kalau sebuah lagu?” usul Soo Ae.
“Lagu?” kataku. Disambung Sae rid an Eunhyuk.
“Ne. Sebuah lagu. Bukankah Mis Rae Hee menugaskan kita untuk membuat puisi yang akan dijadikan lirik lagu? Nah puisi itulah yang akan kau berikan pada Nichkhun. Kau itu kan pandai membuat puisi. Puisi itu melambangkan keromantisan. Tapi bagaimana jika didalamnya terdapat kata-kata yang dapat membuat Nichkhun sakit hati? Itu pasti akan sangat keren.” Jelas Soo Ae.
“Apa aku harus lakukan itu?” kataku.
“Hyo Joo~yah. kau itu harus menunjukkan padanya kalau kau sudah tidak peduli lagi padanya. Jelaskan dipuisi itu kalau kau sudah benar-benar membuangnya. Itu sangat mudah.”
Setelah mendengar berbagai masukan dari sahabat-sahabatku. Aku rasa mereka itu benar. Aku harus segera keluar dari lingkaran cinta gila ini. Cinta yang membuatku seperti orang bodoh.

oooOOOooo
Hari ini aku putuskan untuk pergi kesebuah toko hadiah didekat kampus sebelum aku pulang kerumah. Untung saja toko ini tak terlalu jauh. Jadi aku dapat menghemat energiku. Sangat melelahkan sekali bila harus berjalan kaki. Aku mulai menelusuri tempat kartu ucapan. Sungguh indah sekali kartu-kartu ucapan yang dipajang ditoko ini. namun, aku masih belum mendapati yang aku cari. Aku bingung sekali mengapa disini tak ada yang menuliskan `Happy Birthday to My Ex-boyfriend’. Aku menarik napas kesal. Sepertinya aku memang harus menulisnya sendiri atau dengan bantuan penjual yang tengah duduk didekat deretan lollipop.
Akhirnya aku putuskan untuk pindah kederetan boneka. Barangkali ada boneka limited edition yang dapat aku jadikan koleksi. Aku melihat boneka penguin kecil yang sangat lucu dipajang diatas. Boneka itu seakan berbicara bahwa aku harus membawanya pulang. Aku segera mengangkat tanganku dan berusaha meraihnya. Namun sepertinya dengan postur tubuhku yang tidak terlalu tinggi aku perlu menjinjitkan kakiku seperti ballerina-balerina professional. Saat tanganku baru saja meraih sebagian dari tubuh boneka itu tiba-tiba aku merasakan sentuhan.
Aku menoleh kepada seseorang yang memegang tanganku. Sepertinya ia juga berniat berburu boneka itu. Dan dia adalah `Fishy’. Astaga Lee Donghae, maksudku. Tapi Fishy maupun Donghae, mereka adalah orang yang sama. Apa yang harus aku lakukan.
“Jeosonghamnida.” Ucapnya yang segera menundukkan badannya.
“N.. ne.” kataku ragu sambil menundukkan kepalaku. Nampaknya dia tak menyadari bahwa diriku yang ada dihadapannya.
“Kau?” katanya. Dan itu membuatku gugup.
“Ne,” aku segera mengangkat kepalaku dan tersenyum lebar, “Annyeong.” Sapaku dengan senyuman yang aku buat-buat. Kemudian aku beranjak pergi. Dan lagi-lagi ia menarik tanganku. `omo! Ini sudah kedua kalinya ia menarik tanganku. Apa aku harus berlari lagi seperti tempo hari?’ batinku.
“Hajima!” katanya pelan. tiba-tiba jantungku terasa dipompa semakin kencang seolah tak ada rem. Aku benar-benar mati kutu kali ini.
“Hajima!” ulangnya, “Aku ingin meminta ponselku.” Katanya. Sontak itu membuatku lunglai. Entah mengapa sepertinya bukan kata-kata itu yang aku inginkan.
“Ponsel?” kataku setelah berbalik badan menghadapnya, “Ah! Ponselmu!” lanjutku. Kemudian aku merogoh tasku dalam-dalam dan mengambil sebuah ponsel, “Igo.” Kataku sambil menyerahkan ponsel kepadanya.
“Ini punyamu.” Katanya yang juga memberikan ponsel kepadaku.
“Ini juga tas milikmu.” Lanjutnya.
“Gomawo.” Kataku dengan perasaan yang sangat malu. Malu karena ia bersikap baik padaku. Malu karena kelakuanku di Mokpo yang sangat kekanak-kanakan.
Akhirnya aku pergi meninggalkan toko tersebut dengan menahan perasaan maluku. Bahkan aku tak mampu mengatakan apapun kecuali terimakasih. Dan aku bahkan lupa kalau tujuanku kesana adalah untuk membeli kartu ucapan. Dan yang lebih gila, aku meninggalkan boneka lucu itu. “Aku pasti tak dapat tidur nyenyak malam ini”. Keluhku.

Donghae POV
Aku berputar-putar mengelilingi toko hadiah ini. aku berniat mencari sebuah music box untuk kuhadiahkan kepada Han Ni sepulangnya ia ke Seoul lusa. Aku bingung apa yang harus aku berikan. Atas saran Ryeowook aku pun memutuskan membeli music box untuk Han Ni. Tidak sengaja aku melihat sebuah boneka penguin kecil yang sangat lucu. Sebenarnya aku bukan penyuka boneka, apalagi penguin. Hanya saja aku teringat pada seseorang. Sepertinya aku akan membelinya untuk `pororo’.
Aku meraihnya tapi tanganku malah menyentuh tangan seorang yeoja yang juga hendak mengambil boneka tersebut. Aku segera menjauhkan tanganku dari tangan yeoja itu.
“Jeosonghamnida.” Ucapku. Yeoja itu menjawab dengan gugup. Entah, sepertinya ia takut padaku. Aku mencoba melihat wajahnya yang sedari tadi tertunduk. Dan aku mulai mengenalinya.
“Kau?” kataku. Dan anehnya yeoja itu segera mengangkat kepalanya dan menegakkan wajahnya dengan senyum sumringah kemudian berkata, “Ne. annyeong.”
Lalu yeoja itu langsung beranjak pergi. Untungnya aku berhasil menarik tangannya.
“Hajima!” kataku.
“Hajima!” ulangku, “ingin meminta ponselku.” Lanjutku.
Kemudian kami saling bertukar ponsel. Ini benar-benar aneh karena yeoja itu langsung pergi secepat kilat setelah menerima ponselnya. Apa dia melupakan boneka itu? Pikirku. Akhirnya aku putuskan untuk membeli boneka penguin tersebut.

oooOOOooo
Hyo Joo POV
Akhirnya aku selesai membuat puisi untuk Nichkhun sekaligus untuk tugas Mis Rae Hee. Semoga puisiku kali ini benar-benar dapat membuatku melupakan Nichkhun.astaga! sepertinya aku berubah pikiran. Lebih baik lagi jika puisi ini dapat menyatukan aku dengannya lagi. aku berharap sahabatku baik Soo Ae, Sae ri maupun Eunhyuk tidak mengetahui isi puisi ini. Tapi ada satu masalah lagi. aku tak dapat membuat lagu. Bagaimana bisa aku membuatnya? Pikirku. Akhirnya aku putuskan untuk menghubungi Soo Ae. Namun tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kucoba. Aku pun menghubungi Sae ri.
“Secepat itu kau membuatnya?” kata Sae ri tak percaya.
“Emm. Sae ri~yah bagaimana aku membuat lagu? Aku sama sekali tak bisa.” rengekku pada Sae ri.
“Emmmm…. Aku tahu.” Kata Sae ri.
“Mwo?”
“Kyuhyun.”
“Kyuhyun?”
“Ne. Cho Kyuhyun. Dia dapat membantumu untuk membuatkan lagu.”
“Tapi aku tak mengenalnya.”
“Kau tanya saja pada Hyukie untuk bagian itu. Sudah yah Hyo Joo, aku sedang maskeran.”
Sae ri itu memang senang sekali melakukan perawatan. Baik itu wajah maupun tubuh. Hari-harinya hanya dipenuhi dengan rutinitas kecantikan. Katanya ia ingin menjadi ratu kecantikan. Itu sangat membuatku geli.
Aku terpikir kembali tentang sebuah nama yang diucapkan oleh Sae ri. `Cho Kyuhyun. Bukankah itu nama namja yang disukai Soo Ae? Apa aku benar-benar harus meminta bantuan darinya?’ batinku.
Aku akhirnya menghubungi Eunhyuk untuk menanyakan mengenai Kyuhyun. Sebenarnya aku ingin bertanya pada Soo Ae terlebih dahulu. Namun nampaknya hari ini Soo Ae tak dapat diganggu.
“Hyo Joo~yah! tidak biasanya kau menghubungiku.” Kata Eunhyuk curiga.
“Apa aku mengganggu?” tanyaku.
“Ani. Wae geurae?”
“Apa kau tahu Cho Kyuhyun.”
“Semua informasi mengenai orang-orang penting dikampus, akulah gudangnya. Jangan panggil aku `Hyukie’ jika aku tak tahu apa-apa.”
“Kalau begitu. Katakan dimana aku dapat menemuinya?”
“Kau temui saja dia di alun-alun kota Seoul. Setiap malam ia pasti tampil bersama band indie-nya disana.”
“Jeongmaliya?”
“Emm..”
“Gomowoyo Hyukie.”
Aku menutup ponselku dan menyiapkan tasku. Aku segera meminta appa untuk mengantarkanku ketempat yang dimaksud Eunhyuk. Untung saja Appa bersedia. Dia bilang kalau dia juga sedang suntuk dirumah.

oooOOOooo
Kyuhyun POV
Ditengah kondisiku yang tidak baik seperti ini aku masih saja memaksakan untuk tampil disini. Aku sendiri heran karena aku tak mampu melawan keinginanku sendiri. seprtinya aku akan membeku beberapa menit lagi. namun aku tetap berusaha bernyanyi dan memetik gitarku. Aku benar-benar heran pada semua orang yang tiap malam berada dihadapanku. Apa mereka tidak lelah atau bosan setiap malam hanya kesini untuk melihatku? Bukankan sangat dingin malam hari disini.
Akhirnya aku menyelesaikan lagu terakhir dan seperti biasa iringan tepuk tangan selalu menggema tiap malamnya. Aku berjalan dengan cepat menuju motorku dengan menahan dingin. Sepertinya flu ku sudah mulai mengancam. Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku. Aku menoleh dan menatap kaget kearah yeoja itu. Sepertinya yeoja itu juga sama kegetnya denganku.
Wae geurae?” tanyaku. Yeoja itu tak menjawab.
“Ya!” kataku.
Nuguya…?” katanya ragu, “Neo ,Cho Kyuhyun?”
Ne. Wae?
Neo. Cho Kyuhyun? Kyuhyun?” tanyanya lagi seolah tidak percaya padaku.
Ne. Wae?” tanyaku lagi. karena tak mendapat jawaban darinya aku pun berbalik dan kembali melangkahkan kakiku.
“Cho Kyuhyun…  aku butuh bantuanmu, “ katanya cepat, aku terkejut mendengar ucapannya.
“Jang Sae ri bilang kau pandai bermain music,” katanya. Ketika aku tak bereaksi dia melanjutkan, “Mmm, namaku Hyo Joo. Aku pikir, mmm, bisakah kau membantuku mengarang lagu? Aku sudah membuat liriknya, dan kau hanya perlu membuat musicnya.”
Aku menatapnya tajam.
“Memangnya mengapa aku harus membantumu?” tanyaku dingin.
“Aku akan membayarmu, kalau kau mau,” katanya mencoba membuat penawaran.
“Maaf, aku tidak mau berurusan dengan yeoja sombong yang berpikir dia bisa membeli segalanya dengan uang.” Aku segera melangkah pergi.
Yeoja itu berlari mengikutiku.
“Cho Kyuhyun, chamkanman!” teriak yeoja itu. “Bukan itu maksudku,” lanjutnya.
Aku tak menjawab sepatah katapun untuknya dan terus berjalan, sementara dia terus mengikutiku. Aku mulai kasihan padanya. Aku berbalik dan itu menyebabkan yeoja itu menubruk dadaku. Dan itu sukses membuatku salah tingkah.
“Mianhae!” kata kami bersamaan.
“Jelaskan padaku mengapa kau butuh lagu itu!” kataku memerintah.

Hyo Joo POV
“Tunggu disini ya, “ kataku kepadanya. “Nae appa menungguku, aku akan bilang padanya kalau aku akan pulang dengan bus saja,” aku menjelaskan.
Appa pasti kedinginan dengan cuaca yang seperti ini. aku tak ingin appa membeku disini. Lagi pula pasti akan memerlukan waktu yang lumayan lama untuk mengobrol dengan Kyuhyun. Aku tak ingin membuat appa menunggu terlalu lama.
“Dasar anak manja, pergi kesini saja harus diantar, “ Kyuhyun menggumam pelan.
Aku menatapnya dengan kesal, lalu bergegas menemui appa. Ketika aku kembali Kyuhyun tengah asyik memainkan gitarnya sambil menyanyika lagu yang berjudul memories milik boyband idolaku Super Junior.
“Aku suka sekali lagu itu,” kataku mencoba ramah.
“Aku tidak tanya,” katanya ketus.
Aku menatapnya kesal. Dia tersenyum melihat wajahku yang cemberut.
“Aku hanya bercanda. aku setuju, lagu tadi memang keren. Apalagi jika aku yang menyanyikan dengan suara merdu yang aku miliki.” Katanya santai.
Dia meletakkan gitarnya.
“Jadi, malhaebwa!” dia menawarkanku duduk disebelahnya. Aku menjelaskan panjang-lebar bahwa aku punya mantan pacar di Indonesia, dan meskipun aku terpisah , cinta pada mantanku itu tak pernah luntur sedikit pun. Aku bilang pada Kyuhyun bahwa aku berharap kalau aku mengirimkan lagu padanya sebagai hadiah ulang tahun, ada kemungkinan kami akan bersatu lagi. tanpa disangka-sangka setelah mendengarkan ucapanku Kyuhyun malah tertawa tebahak-bahak.
“Apanya yang lucu?” tanyaku tersinggung.
“Kau yeoja paling pabo yang pernah ku kenal.” Dia masih tergelak.
Wajahku merah padam karena marah. Berani-beraninya namja ini mengataiku pabo.
“Kalau tidak mau menolong ya sudah, tidak perlu menghinaku segala.” Aku bangkit berdiri.
“Kau rupanya cepat tersinggung, ya. Ayo duduk lagi, biar ku jelaskan,” katanya masih dengan gayanya yang santai. Seakan-akan dia tidak berbuat kesalahan apapun.
“Maaf, aku hanya benar-benar tidak mengerti mengapa kau membuang-buang waktumu untuk seseorang yang sama sekali tidak peduli padamu,” lanjut Kyuhyun.
“Karena dia cinta pertamaku,” kataku pelan. “Aku benar-benar menderita karena dia mencampakkanku begitu aja, aku sungguh mencintainya.” mataku mulai berakaca-kaca.
Kyuhyun sama sekali tak menunjukkan rasa simpatinya.
“Kadang batas antara cinta sejati dan kebodohan memang benar-benar tipis,” ia menggumam. “Tolong jangan tersinggung, aku hanya mencoba jujur padamu, menurutku apa yang kau lakukan untuk namja itu sia-sia saja, pada akhirnya kau akan terluka, padahal kau layak mendapatkan yang lebih baik,“ jelasnya dengan lembut sampai aku terkagum.
Entah mengapa kali ini aku tidak membantah. Kurasa karena sebagian dari diriku mau tak mau mengakui bahwa Kyuhyun benar. Mungkin apa yang kulakukan memang sia-sia, benar seperti apa yang telah dikatakan oleh sahabat-sahabatku. Aku menunduk.
“Ya! Jangan sedih begitu,” Kyuhyun menepuk-nepuk bahuku. “Dengar, kalau memang hal ini berarti untukmu, baiklah aku akan membantumu,” katanya akhirnya.
Aku mendongak menatapnya.
“Jinjayo?” tanyaku dengan wajah berseri-seri.
Kyuhyun mengangguk.
“Ayo cepat berikan liriknya sebelum aku berubah pikiran,” katanya ketus.
Tapi alu sama sekali tak terpengaruh sikap ketusnya. Dengan spontan aku memeluknya.
“Kyuhyun~ah. Kau baik sekali!” teriakku senang.
“Sudah, hentikan, bikin malu saja,” dia menjadi risi dan melepaskan rangkulanku.
“Mianhae. Aku hanya terlalu senang,” kataku dengan wajah berbinar.
Aku menyerahkan secarik kertas berisi puisiku padanya. Dia membacanya dengan serius. Aku sadar kalau puisiku tidak terlalu bagus bahkan terkesan terlalu cengeng. Anehnya Kyuhyun tak berkomentar apa-apa.
“Baiklah temui aku besok malam di Handel & Gretel. Aku akan memberikan lagu ini untukmu,” katanya datar.
Lalu Kyuhyun beranjak pergi, meninggalkanku sendirian. “gamsahamnida, Cho Kyuhyun!” teriakku dari jauh. Dia hanya melambaikan tangannyya tapi tidak menoleh dan berkata sepatah katapun.

oooOOOooo
Aku sudah siap dengan senyum yang senantiasa berkembang dibibirku. Aku benar-benar beahagia menyongsong hari ini sekaligus tak sabar mendengar seperti apa lagu yang dibuat Kyuhyun untukku. Aku menuju ruang makan dan tidak biasanya aku segera menyantap sarapan pagi dengan lahap dan semangat. Sampai-sampai sepertinya nae appa shock dan tak berhenti membuka lebar mulutnya.
“Apa kau sudah terima paketnya?” tanya appa.
“Paket? Paket apa?” aku pikir apa Kyuhyun mengirimkan hasil lagunya melalui paket? Tapi mana mungkin seperti itu.
“Paket yang appa letakkan didekat meja rias dikamarmu.”
“Sepertinya aku harus segera melihatnya appa.” Aku menaiki tangga dengan terburu-buru untuk memastikan isi paket tersebut.
Aku melihat sebuah kotak yang berbungkus warna biru muda dengan pita diatasnya. Aku segera membuka kotak tersebut. Kuraih sesuatu yang ada didalamnya perlahan. Dan aku mendapati sebuah boneka penguin. Boneka itu sama persis dengan boneka yang kulihat ditoko kemarin. Benar-benar lucu dan aku sangat senang bukan kepalang karena akhirnya aku mendapatkannya.
Aku segera melihat kartu ucapan yang ada didalamnya.
“To: Pororo
Aku sengaja memberikanmu hadiah boneka yang kurasa sama persis denganmu. Kalau tak percaya kau dapat melihat dirimu dan boneka tersebut dicermin. Maaf, jika aku mencari tahu alamatmu tanpa seizinmu. Aku hanya ingin bersikap baik pada Fans-ku saja. Semoga kau menikmati hari-harimu dengan lebih indah ditemani kembaranmu.
From: Fishy”
Aku segera memeluk boneka tersebut dan tersenyum lebar. Aku tak menyangka bahwa ia akan memberikanku boneka selucu ini. aku menuruni tangga kembali dengan wajah yang dua kali super berseri. Aku segera memeluk appa dan berpamitan padanya. Appa terlihat semakin heran dengan sikapku. Hari ini aku tak diantar oleh appa karena aku ingin naik bus saja. Lagipula kalau dipikir-pikir aku kasihan pada appa yang sudah lelah dengan urusan kantor. Setidaknya aku memberikan sedikit waktu untuknya istirahat dirumah.

oooOOOooo

Hari ini Soo Ae tidak masuk kuliah. Kim Ajhussi, bilang kalau Soo Ae sedang sakit. Katanya sih, radangnya kambuh. Aku pasti akan kehilangan sahabatku itu. Soo Ae itu sahabat sekaligus orang yang terbaik yang ada dihidupku. Karena ia selalu saja dengan sabar mendengarkan celotehan dan keluhanku.
Sebenarnya sekarang bertambah kumpulan orang-orang baik dihidupku. Karena kehadiran Sae ri dan Eunhyuk menambah hari-hariku menajdi lebih berwarna. Wajar saja, Sae ri yang selalu disibukkan dengan rutinitas kecantikannya dan Eunhyuk yang selalu disibukkan dengan rutinitas gosipnya membuatku merasa hidup ini tidak monoton.
Kelas pun dimulai. Mis rae hee meminta kepada seluruh mahasiswa untuk mengumpulkan puisi yang ditugaskan. Aku dengan semangat menyerahkan tugasku. Aku bergegas sebelum Sae ri dan Eunhyuk menanyakan puisiku.
“Bagaimana dengan lagumu?” tanya Sae ri.
Aku melihat jam tanganku yang tepat menunjukkan pukul 10.00.
“Nanti malam Kyuhyun bilang dia akan memberikannya padaku.”
“Wah! Aku tak sabar mendengarnya.” Kata Sae ri.
“Tapi..”
“Wae?” tanya sae ri.
“Tapi, lagu itu bukan untuk konsumsi public.”
“Mengapa begitu?”
“Itu persyaratan yang Kyuhyun ajukan padaku,” dustaku pada Sae ri.
“Baiklah kalau begitu,” kata Sae ri.
Tiba-tiba saja Eunhyuk seperti biasanya menghampiri kami dengan napas terengah-engah.
“Wae geurae?” tanyaku.
“Sekarang ikut aku ke Aula!” perintah Eunhyuk.
“Wae?” tanya Sae ri.
“Sudah ikut saja!” kata Eunhyuk tanpa basa-basi menarik tanganku dan aku pun menarik tangan Sae ri. Kami sampai di Aula. Disana terdapat sebuah pengumuman besar. Aku sebenarnya tak tertarik. Tapi, mau tidak mau aku harus ikut membacanya.
“DREAMS THEATER?” kataku.
“Sepertinya menarik,” kata Sae ri.
“Kau tidak ingin mencoba Hyo joo?” tanya Eunhyuk.
“Aku tidak berbakat. Sudah kukatakan kalau aku tak pandai bernyanyi.”
“Ini bukan hanya masalah suara yang indah untuk menyanyi. Tapi juga memerlukan acting yang bagus. Aku yakin kau dapat beracting dengan cukup baik. Setidaknya saat kau menulis puisi kau pasti menuangkan perasaanmu.” Kata Sae ri.
“Tapi…” kataku ragu. “Bagaimana denganmu?” tanyaku pada Eunhyuk.
“Aku akan mengikutinya. Aku akan menunjukkan pada mahasiswa populer itu kalau aku lebih hebat dari mereka.” Kata Eunhyuk dengan semangat.
“Ini adalah kesempatan kita untuk terkenal. Bukankah begitu?” kata Sae ri.
Aku hanya tersenyum. Aku tidak tahu harus menjawab apa. aku benar-benar takut. Karena aku memang tidak cocok mengikuti Dream Theater tersebut. Apalagi jelas-jelas disana tertulis bahwa audisi tersebut tidak memandang kelas. Jadi, kelas semester pertama bisa saja bersaing dengan semester ketiga, keenam, dan seterusnya. Kelas yang rendahan bisa saja bersaing dengan kelas populer. Dan itu artinya sangat mustahil bagiku.

oooOOOooo
Aku sudah tiba di Handel & Gretel tempat yang dijanjikan oleh Kyuhyun. Tapi nampaknya ia sama sekali belum datang. Entah mengapa seperti ada kemiripan antara Kyuhyun dan Soo Ae. Itu adalah memilih tempat ini sebagai tempat untuk bertemu. Sebenarnya aku malah senang karena itu artinya aku dapat menikmati Cappuchino dengan sesuka hatiku disini.
“Sudah lama?” tanya seorang namja yang menghampiriku. Namja itu adalah Kyuhyun. Dia kemudian duduk didepanku.
“Lumayan,” kataku.
“Igo.” Katanya sambil menyodorkan secarik kertas kepadaku.
Aku mengambilnya dan membacanya. Aku sama sekali tak mengerti karena terdapat banyak sekali notasi. Aku tak pandai membaca notasi-notasi ini, baik notasi angka maupun balok.
“Mengapa diam?” tanyanya.
“Ani.”
“Bagaimana? Kau menyukainya?” tanyanya lagi.
“Aku tidak mengerti.”
“Mwo? Aisshhhh!!!” dia terlihat kesal.
“Bagaimana bisa kau tak mengerti? Kau ini kan mahasiswi jurusan seni. Apa-apaan ini? jangan merusak mood-ku.” Katanya memarahiku.
“Ya! Lalu bagaimana? Aku memang tak mengerti.” Kataku kesal.
“Geurae. Aku tidak akan memberikan lagu itu padamu.” Katanya sambil merampas kertas yang tengah aku pegang.
“Ya! Jangan begitu..” aku merengek. Namun Kyuhyun masih belum mau menyerahkannya.
“Jebal. Berikan aku kertas itu,” rengekku. Kali ini seperti anak kecil yang dirampas lollipop-nya.
“Ada satu syarat,” katanya tegas.
“Mwo?”
“Aku akan memberikanmu lagu ini. tapi, kau harus dapat menyanyikan lagu ini dalam waktu tiga hari. Kalau tidak, aku akan mengutukmu dengan boneka voodoo seumur hidupmu!” ancamnya padaku.
“Ne. baiklah. Berikan aku lagu itu. Aku akan berusaha menyanyikannya. Kalau perlu aku akan nyanyikan pada audisi ‘Dream Theater’,” kataku mantap untuk meyakinkan Kyuhyun. Tanpa kupikir kalau kata-kataku itu malah menjadi boomerang untukku.
“Ah! Ide yang bagus. Kau harus menepati janjimu untuk menyanyikannya pada audisi ‘Dream Theater’, kalau perlu kau harus lolos audisi. Jangan membuatku malu.” Katanya.
“Mwo? Tapi aku tidak mengikuti audisi itu.” Kataku.
“Tadi kau bilang seperti itu.”
“Aku hanya bercanda.”
“Tidak bisa. janji adalah janji. Awas saja kalau kau tak menepati!” ancamnya. Kemudian ia memberikanku secarik kertas tadi dan beranjak meninggalkanku dengan santai.
‘Aiisshhhh!! Mengapa aku harus berurusan dengan namja seperti itu!’ batinku kesal.

oooOOOooo

Author POV
Semua mahasiswa sudah memenuhi Aula kempus yang luas itu. Mereka tengah berebut melihat daftar nama yang mengikuti audisi `Dream Theater’. Tak terkecuali Sae ri dan Eunhyuk.
“Nama kita sudah terdaftar,” kata Sae ri senang kemudian memeluk Eunhyuk dalam kerumunan itu.
Sementara Hyo Joo yang baru saja tiba tak sengaja melihat Soo Ae.
“Soo Ae~yah!” sapa Hyo Joo.
Soo Ae membalas dengan senyum ramahnya.
“Kau sudah sembuh? Apa kau benar-benar sudah pulih?” tanya Hyo Joo memastikan.
“Aku sudah baik-baik saja.” Kata Soo Ae.
“Kemana Sae ri dan Eunhyuk?” tanya Soo Ae yang mengedarkan pandangannya kesekeliling.
“Molla. Aku baru saja tiba.” Kata Hyo Joo.
Kemudian beberapa mahasiswa berlari dari arah belakang Hyo Joo dan Soo ae.
“Wae geurae?” tanya Soo ae bingung.
“Molla.”
“Sepertinya ada sesuatu di Aula. Ayo kita kesana!” Soo Ae menarik tangan Hyo Joo. Setibanya di Aula Soo Ae dan Hyo Joo terkejut dengan keramaian tersebut.
Tiba-tiba Sae ri dan Eunhyuk menghampiri mereka.
“Annyeong…” sapa mereka berdua.
“Ya! Hyo Joo~yah! mengapa tak jujur saja pada kami?” tanya Eunhyuk.
“Jujur?” tanya Hyo Joo bingung.
“Aku senang kau akhirnya mengikuti audisi.” Kata Sae ri.
“MWO???” tanya Hyo Joo seolah tak percaya.
“Andwae!” lanjut Hyo Joo.
“Bukankah namamu itu Choi Hyo Joo. Jelas-jelas namamu ada didaftar nama kontestan.” Jelas Sae ri.
Hyo Joo segera menerobos kerumunan mahasiswa lain yang masih mencari nama mereka. Kemudian Hyo Joo tersentak ketika mendapati namanya yang jelas tertulis disana.
“ANDWAE!!!!!!!!!!!” Teriak Hyo Joo.

TBC... ayooooo dikoment....

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates