Author: Echa aka Choi Hyo Joo
Twit: @Echa407
Cast :
Main:
-Lee Donghae
-Cho Kyuhyun
-Choi Hyo Joo
Support:
-Kim Soo Ae
-Nichkhun
-Park Han ni
-Lee Hyuk Jae aka Eunhyuk
-Other Cast you can find it by yourself
Genre: Friendship, motivation, dll
Length: Series
Disclaimer
: This Fanfiction pure made by me, start from my brain ^^ its never
published before at the other place, NO PLAGIAT! NO COPY PASTE!
Annyeong... akhirnya ff ini bisa publish cepet juga... ^^
ok.. tanpa basa basi... silahkan dibaca...
ayooo
dipart sebelumnya pada nebak siapa yang dateng.. dan akhirnya kejawab
deh... yang tebakannya bener dapet kiss dari bias masing2 yah.. tapi
ngantri #abaikan!
.................................................
Author POV
“STOP IT!”
“Hentikan!” Teriak Donghae. Namun sepertinya Han ni tak mau menurut.
“Kubilang hentikan, Park Han ni!” semua orang menatap mereka dan Hyo Joo pun terkejut.
Donghae menarik tangan Han ni dan mengajaknya pergi.
“Lepaskan!” tak hentinya Han ni memberontak berusaha melepaskan tangan Donghae.
Sampai akhirnya mereka tiba disebuah ruangan yang sepi. Sepertinya itu koridor asrama. Donghae melepaskan tangan Han ni.
“Apa yang kau lakukan? Apa yang kau lakukan?” kata Han ni dengan berteriak.
“Wae geurae? Apa yang terjadi padamu?” tanya Donghae.
“Anni,”kata Han ni singkat.
“Mengapa tak mengabariku kalau kau sudah berada di Seoul?”
“Tak penting!”
“Mwo?” donghae terkejut. Raut wajahnya berubah muram. “ Ne. Ara,” ucapnya pelan.
Han ni memandang Donghae yang terlihat sedih. Namun egonya membuatnya mengacuhkan Donghae.
“Untuk apa kau ikut campur dengan urusanku?” lanjut Han ni.
“Aku hanya mencoba membantumu,”
“Membantu?”
“Ne, membantu Han ni yang sebenarnya kembali. Tadi kau terlihat seperti bukan Han ni yang aku kenal,”
“Han ni yang kau kenal? Bahkan kau sama sekali tak mengenalku,” ucap Han ni ketus.
“Tak kusangka waktu setahun telah mengubahmu,”
“Seseorang
bisa saja berubah seiring berjalannya waktu,” kata Han ni. “ Kalau
tidak ada lagi yang penting, aku pergi,” kata Han ni.
“Ka,” kata Donghae pelan.
Han
ni meninggalkan Donghae yang terlihat sedih. Sebenarnya Han ni juga
merasa sedih. Namun sangat jelas tergambar bahwa ego-nya telah
mengalahkan perasaannya.
oooOOOooo
Hyo Joo POV
“Park
Han ni? Apa dia..” Aku mengingat obrolanku dengan Fishy melalui chat
room. Aku mengingat bahwa Fishy pernah menceritakan hubungannya yang
begitu rumit dengan yeoja bernama Park Han ni.
“Apa Han ni yang dimaksud adalah yeoja yang tadi bertengkar denganku?” ucapku sendiri.
“Ahh!! Untuk apa aku memikirkannya,” kataku.
“Ya! Wae geurae?” tanya Sae ri mengagetkanku.
“Ani,”
“Ya! Kau hebat sekali tadi,”
“Hebat?”
“Ne. kau berani sekali melakukan hal tadi kepada yeoja sombong itu,”
“Maksudmu?”
“Yeoja yang tadi bertengkar denganmu,” kata Sae ri. “Park Han ni,” ia berbisik padaku.
“Ya! Sebaiknya kita ceritakan ini ditempat lain,” saran Sae ri.
Kami tiba disebuah ruangan yang asing bagiku.
“Ruangan apa ini?” tanyaku.
“Ini ruangan dimana Hyukie sering siaran. Anggap saja ini adalah radio kampus,” jelas Sae ri.
“Radio?”
“Emm. Hyukie itu kan penyiar radio kampus,”
“Wahh!” aku memainkan tombol yang ada diruangan ini.
“Ini tombol apa?” tanyaku.
“Molla, aku juga tidak mengerti tentang alat-alat yang ada disini,”
“Emm. Sae ri~yah! lanjutkan yang tadi. Mengapa kau sangat membenci Han ni?” Tanyaku.
“Kau tahu dia itu sangat sombong,” kata Sae ri.
“Kau sendiri? aku sangat heran mengapa kau punya keberanian seperti tadi?”
“Aku hanya melakukan hal yang benar. Aku akan melakukan hal itu pada yeoja yang tidak punya etika seperti dia,” jelasku.
“Kau tahu. Kalau saja tadi tak ada namja itu, pasti aku sudah habis meremasnya seperti kapas,” lanjutku.
“Kau tahu kan kalau semua mahasiswa mengaguminya karena kemampuannya?”
“Benarkah?
Sepertinya ia terlihat tak memiliki otak. Kau lihat saja cara dia
berbicara. Hahaa.. Masalah bakat, aku juga bisa mengalahkannya,” kataku
yang hanya candaan pada Sae ri.
“Kau becanda,”
“Iya aku
becanda,” kataku sambil tertawa.”Park Han ni. Neon nappeun yeoja!”
ucapku dengan suara lantang dan kemudian kembali tertawa.
Author POV
Hyo
Joo dan Sae ri tengah asyik becanda dengan menjadikan Han ni sebagai
objek mereka. Tanpa mereka sadari bahwa Hyo Joo telah menekan tombol
yang dapat mengeluarkan suara mereka hingga terdengar keseluruh antero
kampus kecuali kelas dan ruang Dosen.
Semua mahasiswa segera mendatangi tempat asal suara itu. Han ni yang mendengar itu pun dengan geram menuju asal suara itu.
Eunhyuk yang tengah asyik menyantap makan siangnya dengan Soo ae harus teganggu setelah mendengar suara Hyo Joo dan Sae ri.
“Anak itu! Apa mereka mau mati?” kata Eunhyuk.
“Wae geurae? Bukankah itu suara Hyo Joo?” tanya Soo Ae bingung.
“Tepat sekali. Kita harus segera kesana,” Eunhyuk menarik tangan Soo Ae dan mengajaknya pergi.
oooOOOooo
“Aku lapar sekali,” ucap Sae ri sambil memegangi perutnya.
“Keurom, ayo kita pergi kekantin,” ajak Hyo Joo.
Hyo
Joo mulai membuka pintu perlahan. Betapa terkejutnya ia ketika melihat
kerumunan mahasiswa yang sudah berdiri didepan pintu tersebut. Semua
mahasiswa menatap aneh kepadanya.
“Wae… “ kata Sae ri yang terpotong ketika ia melihat keluar.
“Ada apa ini, Sae ri?” bisik Hyo Joo.
“Molla,” jawab Sae ri.
Tiba-tiba
Han ni datang dan menghampiri Hyo Joo. Ia berdiri tepat didepan Hyo
Joo. Sementara itu Eunhyuk dan Soo Ae pun tiba. Namun Eunhyuk
mengurungkan niatnya untuk menghampiri Hyo Joo dan Sae ri ketika melihat
Han ni yang tengah berdiri dihadapan Hyo Joo.
“Kita terlambat,” bisik Eunhyuk pada Soo Ae dengan wajah pasrah.
Soo Ae sendiri masih bingung atas apa yang terjadi.
oooOOOooo
Situasi
semakin tegang saat Hyo Joo dan Han ni saling menatap tajam dan keadaan
menjadi hening. Sementara terdapat dua orang namja tampan yang
memperhatikan mereka disisi yang berbeda. Mereka adalah Donghae dan
Kyuhyun.
“Kau yang bernama Hyo Joo?” tanya Han ni ekspresi wajah yang tak dapat dilukiskan.
Hyo Joo mengangguk ragu.
“Chukhae!
Aku terima tantanganmu,” kata Han ni kali ini dengan mengulurkan
tangannya dan memasang senyum. Gadis itu benar-benar pandai sekali
mengubah ekspresi.
“Maksudmu?” Hyo Joo semakin heran.
Han ni menyunggingkan senyumnya.
“Jangan
pura-pura tak tahu. Semua orang disini sudah mengetahuinya kalau kau
sudah menantangku. Maka dari itu aku terima tantanganmu. Bersainglah
dengan sehat sampai terlihat siapa yang akan jadi pecundang,” jelas Han
ni yang menurunkan tangannya.
Sementara Hyo Joo masih terdiam. Han ni beranjak pergi meninggalkan Hyo Joo yang masih mematung diantara kerumunan mahasiswa.
`Dasar
yeoja pabo! Berani-beraninya dia menantangku. Lihat saja siapa yang
akan menang,” batin Han ni saat tengah berjalan menjauh.
Terdengar suara-suara dengan nada sumbang terhadap Hyo Joo yang membuat Hyo Joo semakin lemas.
“Siapa dia? Berani-beraninya dia melakukan hal itu?” ucap salah seorang mahasiswa. Kemudian yang lain menyambut bergantian.
Akhirnya
tempat itu pun kembali sepi. Hyo Joo terduduk lemas dilantai dengan
tatapan kosong. Eunhyuk menghampirinya dan menggerakkan telapak
tangannya naik-turun didepan wajah Hyo Joo.
“Gwaenchanayo?” tanya Eunhyuk. Namun Hyo Joo tak menjawab.
“Hyo Joo~yah!” panggil Eunhyuk lagi.
Kemudian Hyo Joo meraih baju eunhyuk. Tepatnya kerah baju eunhyuk dan mengguncangkannya sambil berteriak.
“Wae? wae? wae? ah! Mengapa aku selalu mendapat masalah?” teriak Hyo Joo didepan Eunhyuk.
“Ya! Hyo Joo~yah! bisa kau lepaskan tanganmu? Aku tak bisa bernapas,” kata Eunhyuk.
Hyo Joo melepaskan tangannya dari baju Eunhyuk kemudian menangis.
“Pabo! Mengapa nasibku selalu sial? Ahhhhhhhh!” Hyo Joo terus saja mengeluh sambil menangis.
“Sudah Hyo Joo~yah. sepertinya kau perlu istirahat,” saran Soo Ae.
“Soo Ae~yah! aku kesal! Benar-benar kesal!” rengek Hyo Joo.
“Ne. Ara! Sekarang, mari kita pergi kekelas saja,” kata Soo Ae lembut.
Hyo Joo menurut dan pergi menuju kelas bersama Soo Ae.
Eunhyuk menghampiri Sae ri yang sedari tadi mematung.
“Ya! Kau pabo sekali,” kata Eunhyuk.
“Hyukie!” Sae ri memeluk Eunhyuk dan menangis.
Eunhyuk menjadi salah tingkah.
“Wae?” tanya Eunhyuk.
“Aku malu sekali,” rengek Sae ri.
“Kau ini. gwanchana. Aku ada disisimu sekarang,” eunhyuk mengusap bahu Sae ri.
Kemudian Sae ri melonjak menghidari Eunhyuk seolah kaget atas apa yang ia lakukan barusan.
“Wae? mengapa kau kaget begitu?” tanya Eunhyuk.
“Ani. Aku ingin sekali mandi sekarang,” kata Sae ri.
Sae ri segera berlari meninggalkan Eunhyuk. Eunhyuk hanya menggeleng sambil tersenyum.
oooOOOooo
Han ni segera menuju kamarnya dengan raut wajah yang kesal. Ia mengunci kamar asramanya itu dan merebahkan tubuhnya dikasur.
“Dasar yeoja pabo! Berani-beraninya ia menghinaku. Tunggu saja pembalasanku,” ucapnya kesal.
Kemudian terdengar suara ketukan pintu. Han ni membuka pintu dan mendapati Donghae dihadapannya.
“Untuk apa kesini?” tanyanya acuh.
“Aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja,” kata Donghae ramah.
“Sekarang sudah lihat, kan?”
“Emm. Rupanya kau baik-baik saja,”
“Kalau begitu?”
“Kalau begitu aku akan pergi sekarang,” kata Donghae.
Han
ni hanya mengangguk seolah tak peduli. Ia kembali mengunci pintu. Dan
kali ini terdengar kembali suara pintu yang diketuk. Ia berpikir bahwa
itu adalah Donghae lagi.
“Ada apa lagi Dong..” kata-katanya terpotong saat melihat bukan Donghae yang ada dihadapannya.
“Han ni~yah!” seorang yeoja tersenyum senang dan memeluk Han ni.
“Hye na? kapan kau tiba?” tanya Han ni.
“Baru saja,” jawab Hye na.
“Boleh aku masuk?” lanjut Hye na.
“Tidak
boleh!” kata Han ni. “ aku becanda,” lanjutnya dengan senyuman. Langka
sekali Han ni tersenyum lepas seperti itu tanpa kedustaan.
“Tadi kau sebut nama Dong.. apa itu Donghae? Kau sudah bertemu dengannya?” tanya Hye na antusias.
“Sudahlah. Itu tidak penting,” kata Han ni.
“Mengapa kau begini? Bukankah kau sangat,..”
“Ku
bilang jangan diteruskan,” potong Han ni. “Kalau ka uterus bicara, maka
aku akan menyumbat mulutmu dengan bantal ini,” lanjutnya.
“Ne. Ara,”
“Anak manis,” Han ni mengelus rambut Hye na sambil tersenyum.
oooOOOooo
“Kriuuukkkkk!!” suara perut Hyo Joo berbunyi.
“Aishhh! Mengapa saat seperti ini perutku masih bisa-bisanya meminta makan,” keluh Hyo Joo.
“Apa
tidak ada makanan?” tanya Hyo Joo yang sibuk mencari cemilan di tas
miliknya. Ia berniat membangunkan Sae ri atau pun Soo Ae. Tapi, melihat
mereka terlelap, Hyo Joo tak berani melakukannya. Ia pun keluar kamar
perlahan. Ia berharap ada makanan sisa didapur.
Ia menemukan
sebuah roti yang berada diatas meja makan. Saat ia mencoba mengambilnya,
tiba-tiba saja tangan lain sudah terlebih dahulu mencapai roti itu.
“Ya!” teriak Hyo Joo. Ia memandang namja yang mengambil rotinya.
“Neo! Kembalikan rotiku!” kata Hyo Joo.
“Rotimu? Ini rotiku,” kata Kyuhyun yang tak mau mengalah.
“Berikan padaku! Aku sangat lapar,” pinta Hyo Joo.
“Kau ini yeoja macam apa? Pantas saja kau tubuhmu tak terjaga,” sindir Kyuhyun.
“Aisshhh! Aku lapar dan kau menghinaku, jangan buat aku marah!” kesal Hyo Joo.
“Baiklah aku akan memberikan roti ini padamu. Tapi kau harus mengikutiku,” perintah Kyuhyun.
“Kemana?”
“Ikut saja! Atau aku tak akan memberikanmu roti ini,” kata Kyuhyun.
Dengan
terpaksa Hyo Joo pun mengikuti Kyuhyun. Kyuhyun membawanya kesebuah
kelas kosong yang gelap. Hyo Joo terlihat bingung dan takut.
“Tak usah takut,” kata Kyuhyun.
Hyo Joo memanyunkan bibirnya karena kesal perasaannya diketahui.
“Ini. makanlah!” kata Kyuhyun yang menyodorkan rotinya.
Hyo Joo memakannya dengan lahap.
“Cepat habiskan!” kata Kyuhyun.
“Kau pikir aku ini apa? bahkan seekor buaya saja memerlukan waktu untuk mengunyah santapannya,” kata Hyo Joo kesal.
“Baiklah,”
Kyuhyun
memainkan gitarnya saat Hyo joo tengah menikmati rotinya. Ia mulai
menyanyikan beberapa bait syair lagu. Kemudian Hyo Joo berhenti
mengunyah saat mendengar syair yang dinyanyikan Kyuhyun.
“Wae?” tanya Kyuhyun.
“Bukankah itu puisiku?” kata Hyo Joo.
“Jinja? Ini bukan puisi, tapi lagu,”
“Tapi lirik lagu itu puisiku,”
Kyuhyun tersenyum dan memandang Hyo Joo.
“Anak pintar,” ia mengelus kepala Hyo Joo yang semakin bertambah bingung.
“Apa maksudmu?” kata Hyo Joo yang menjauhkan tangan Kyuhyun dari kepalanya.
“Sekarang kita mulai berlatih menyanyikan lagumu,” kata Kyuhyun.
“Laguku? Kau serius?” tanya Hyo Joo antusias.
Kyuhyun mengangguk. “Siap?”
“Ne. Siap,” kata Hyo Joo senang.
Mereka pun asyik menyanyikan sebuah lagu yang telah dibuatkan Kyuhyun untuk Hyo Joo ditengah malam.
oooOOOooo
Pagi
ini Han ni sudah rapi tak seperti biasanya. Han ni berjalan dikoridor
kampus. Ia berpapasan dengan seorang namja yang sepertinya ia kenal. Ia
pun berhenti sejenak dan menoleh. Rupanya namja itu pun melakukan hal
yang sama seperti yang dilakukan Han ni.
Mereka saling bertatapan dalam satu garis lurus.
Han ni tersenyum dan berkata, “Annyeong,” sapanya pelan.
Namja itu membalas senyum perlahan.
oooOOOooo
Han
ni kini tengah duduk disebuah kursi yang ada disudut kelas dan Kyuhyun
berada disampingnya. Terlihat suasana canggung diantara mereka.
“Aku dengar,” Han ni mencoba membuka pembicaraan. “Setahun yang lalu, kau..””
“Ne. Aku memang…,” potong Kyuhyun.
“Bukan begitu maksudku,” kali ini giliran Han ni yang memotong.
“Aku mengerti maksudmu sekarang. Sepertinya tidak usah diteruskan,” kata Kyuhyun pelan.
“Ne,” Han ni tertunduk.
“Kau. Kelihatannya sudah sangat berbeda sekarang,” kata Kyuhyun yang menoleh kearah Han ni.
“Benar. Semuanya berkata begitu,” Han ni menyisipi senyum disela ucapannya.
“Tapi aku tahu ada yang tak berubah,”
“Ne?”
“Kau pasti tahu itu,” kata Kyuhyun yang segera beranjak dari kursinya.
“Ya! Eodigayo?” tanya Han ni.
“Kau tak dengar bell sudah berbunyi? Ayo masuk kelas,” kata Kyuhyun.
“Jinja? Ne,” Han ni berlari menghampiri Kyuhyun. “Ah! Kita kan berbeda kelas. Keurom, aku duluan,” kata Han ni yang terlihat seperti anak kecil.
Kyuhyun tersenyum. “Ada satu hal yang tak berubah. Itu adalah sikap manjamu itu,” kata Kyuhyun yang kemudian tersenyum sendiri.
oooOOOooo
Flashback
Disebuah
SMA Seni terlihat seorang yeoja manis yang tengah asyik menikmati Ice
cream ditangannya sambil mendengarkan music melalui MP4-nya. Tiba-tiba
seorang namja menghampiri dan langsung duduk disampingnya.
“Han ni~yah!” panggil namja itu, yang memiliki nama masih asyik dengan lagu yang terus mengiang ditelinganya.
“Park Han ni!” suara panggilan namja itu semakin kencang sehingga membuat yeoja itu kesal.
“Wae?” tanya yeoja itu.
“Coba lihat ini,” namja itu menunjukkan sebuah majalah.
Yeoja itu melihat majalah tersebut dan sontak terkagum.
“Ini benar-benar diriku?” kata yeoja itu tak percaya. Namja itu mengangguk sambil tersenyum.
Kemudian seorang namja lain datang dan langsung merebut majalah tersebut dari tangan yeoja tadi.
“ckckckckck… coba lihat yeoja ini. Sungguh malang sekali ekspresinya,” ledek namja itu.
“Ya! Kyuhyun~ah! Kembalikan!” kata yeoja itu.
“Donghae~yah!
apa kau setuju padaku? Coba kau perhatikan lagi. ini benar-benar
terlihat aneh. Ekspresinya seperti sedang menahan pipis,” Namja yang
bernama Kyuhyun itu tergelak.
“Wah. Kau benar. Mengapa aku baru menyadarinya yah?” kata namja yang bernama Donghae.
“Aisshhh! Kalian berdua mau mati?” kata yeoja itu kesal.
“Ani!”
kata Kyuhyun dan Donghae bersamaan. “Lihatlah ubun-ubunnya sudah
berasap sekarang,” bisik Donghae. Kyuhyun pun kembali tergelak.
“YA!”
yeoja itu bertetiak kemudian bangkit berdiri. Donghae dan Kyuhyun
berlari. Yeoja itu mengejar mereka. Kyuhyun dan Donghae tak hentinya
meledek yeoja itu.
Flashback end
Kembali
kemasa sekarang. Han ni tersenyum lirih saat kembali teringat masa-masa
SMA bersama dua namja yang dahulu selalu menemaninya. Matanya
menerawang jauh kelangit-langit kampus.
`Itu semua karena takdir sehingga kita sekarang terpecah,’ batin Han ni. `Maka dari itu aku benci takdir,’ lanjutnya.
oooOOOooo
“Nanananana… nanaana…” tak hentinya Hyo Joo bersenandung pagi ini.
“Ya! Sepertinya ada sesuatu darimu?” kata Sae ri.
“Maksudmu?”
“Tidak biasanya kau bersenandung. Apalagi aku tak pernah mendengar lagu yang kau senandungkan itu,”
Hyo Joo tersenyum kemudian merangkul Sae ri. “Tentu saja kau tak tahu. Ini kan laguku,” kata Hyo Joo percaya diri.
“Lagumu?”
“Emm. Laguku. Ini akan aku bawakan pada audisi vocal lusa,”
“Wah. Sepertinya kau sudah semangat sekali sekarang mengikuti audisi itu,” kata Sae ri dengan tatapan heran.
“Wae? seharusnya kau senang, bukan?” kata Hyo Joo.
“Ne. tentu aku sangat senang. Hanya saja sepertinya dirimu terlihat aneh,” kata Sae ri yang curiga dengan perubahan Hyo Joo.
Hyo Joo merasa tidak nyaman dengan tatapan Sae ri. “Ya! Soo Ae~yah? dimana dia?” tanya Hyo Joo mengalihkan.
“Mollayo. Aku juga tidak melihat Hyukie,” kata Sae ri.
“Ah! Kau dengar itu? Bell sudah berbunyi. Kaja!” ajak Hyo Joo.
Mereka pun bergegas menuju kelas tari. Rupanya disana sudah ada Eunhyuk dan Soo Ae. Sae ri dan Hyo Joo pun menghampiri keduanya.
“Dari mana saja kalian?” tanya Soo Ae.
“Semoga saja nona-nona manis ini tidak membuat kekacauan lagi,” sindir Eunhyuk.
“Ya! Hyukie. Tolong jangan bahas masalah kemarin lagi yah,” rayu Sae ri.
“Ne. Aku telat bangun pagi ini,” jawab Hyo Joo.
“Memangnya kau tidur jam berapa semalam? Tidak biasanya kau telat bangun,” tanya Eunhyuk.
Hyo Joo gugup dan menggaruk kepalanya. “Aku tidur seperti biasanya. Ne. aku tidak kemana-mana,”
“Tidak ada yang bilang kau keluar semalam,” kata Soo Ae curiga.
“Ah. Ne. aku lupa,” Hyo Joo semakin terlihat gugup.
“Sudah-sudah. Jangan buat masalah lagi!” kata Eunhyuk.
Mereka mulai focus
pada pelajaran. Kemudian Oh Seung mi, dosen yang menangani pelajaran
tari meminta seseorang yang dapat menari dengannya. Enhyuk segera
mengacungkan tangannya. sepertinya ia memang sudah menunggu moment ini.
Apalagi Oh seongsaengnim itu sangat menarik. Ia pun mulai menari bersama dengan iringan lagu `I wanna love you’. Benar-benar amazing tarian yang ia peragakan seoalah menyatu dengan Oh seongsaengnim.
oooOOOooo
“Annyeong, oppadeul,” sapa seorang yeoja dengan senyum ramahnya.
Kedua
namja yang tengah asyik berlatih vocal tersebut menoleh dan menatap
bingung kepada yeoja itu. Mereka berdua bengong ketika melihat yeoja
yang sama sekali tidak mereka kenal.
“Annyeong,” yeoja itu tersenyum ambil melambaikan tangannya.
“Mengapa bengong?” tanya yeoja itu yang melihat kedua namja dihadapannya tak bicara sepatah kata pun.
“Nuguseyo?” tanya salah seorang namja.
“Naega?” yeoja itu menunjuk dirinya sendiri.”ah! aku lupa memperkenalkan diri. Naneun Shin Hye na imnida,” lanjutnya.
“Lalu. . .?” tanya namja satunya lagi.
“Donghae? Bukankah kau Donghae oppa?” tanya Hye na antusias.
“Naega. Waeyo?”
“Neo Donghae oppa?” Hye na segera memeluk Donghae. Sementara Donghae masih bingung atas perlakuan Hye na. Ryeowook pun terbelalak melihatnya.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Donghae risih dan melepaskan pelukan Hye na.
“Mianhamnida,”
Hye na membungkukkan badannya. “Aku sangat terharu sekali dapat bertemu
denganmu. Aku adalah fans-mu. Sejak Han ni sering menceritakan semua
hal tentangmu, aku menjadi kagum,” jelas Hye na.
“Han ni?”
“Emm. Bukankah kau sudah bertemu dengannya? Apa dia tidak bercerita tentangku?”
“Ani,”
“Kalian benar-benar bertemu, kan?”
“Ne, kami hanya bertemu sebentar,”
“Han ni sepertinya tidak membutuhkan Donghae lagi,” sela Ryeowook.
“Mana bisa seperti itu? Bukankah Han ni sangat merindukanmu. Bahkan dia selalu saja menceritakanku tentangmu,”
“Entahlah,” kata Donghae sambil mengankat kedua alisnya.
“Hye na~yah!” panggil seorang yeoja dari kejauhan.
Hye na menoleh. Begitu pula dengan Donghae dan Ryeowook.
“Han ni~yah? Wae geurae?” tanya Hye na yang melihat Han ni sudah berdiri didekat pintu sambil melipat kedua tangannya diperut.
“Apa yang kau lakukan disini? Ayo ikut denganku!” titah Han ni.
“Kemana?” tanya Hye na dengan wajah bingung.
“Ikut saja!”
“Pergilah!” kata Donghae yang berdiri dibelakang Hye na.
Hye na menoleh dan tersenyum genit. “Oppa, na ganta. Nanti kita mengobrol lagi,” katanya kemudian melirik kearah Ryeowook. “Neo do,” kemudian ia menundukkan kepalanya sejenak. “Annyeong oppadeul,” ia melambaikan tangannya dan menghampiri Han ni kemudian berllau pergi bersama Han ni.
oooOOOooo
“Jadi seperti itukah yeoja yang selama ini kau nanti-nantikan?” tanya Ryeowook pada Donghae yang tertunduk muram.
“Sudah kuduga sejak awal,” lanjut Ryeowook. Namun Donghae masih terdiam.
Dalam lamunannya, Donghae teringat masa-masa dimana ia dan Han ni masih bersama. Mereka terlihat sangat bahagia.
“Saranghae,” bisik Donghae pada Han ni yang tengah asyik menulis.
Han ni menoleh dan menatap wajah Donghae dan menjulurkan lidahnya.
“Kau tak menyukaiku?” tanya Donghae yang mengerucutkan bibirnya.
“Ani,” Han ni kembali menulis.
Donghae yang kesal merebut sebuah buku yang tengah digunakan Han ni untuk menulis.
“Ya! Apa yang kau lakukan?” kata Han ni kesal.
“Sebenarnya
apa yang kau tulis sampai mengabaikan namja paling tampan sepertiku?”
Donghae mulai melihat tulisan yang baru saja ditulis oleh Han ni.
Terlihat jelas dibuku tersebut sebuah tulisan `Saranghaeyo, Lee
Donghae’. Kemudian ia tersenyum senang dan meletakkan buku tersebut
diatas meja yang ada dihadapannya. Ia mencondongkan kepalanya kewajah
Han ni.
“Ya! Dasar yeoja nakal!” kata Donghae yang mendekatkan wajahnya dengan wajah Han ni.
Han ni tersenyum.
“Tulislah lebih banyak kalimat seperti itu,” titah Donghae pelan.
Han ni tersenyum dan Donghae merangkulnya.
Donghae
tersenyum lirih. Ia bahkan tak dapat mendengar suara Ryeowook yang
tengah menyanyikan lagu `Memories’. Lamunanya sudah terlanur membawa
separuh jiwanya menetap didunia khayalnya.
oooOOOooo
Hyo Joo POV
Aku
merasa sangat tersiksa dengan mataku yang terasa berat. Ini semua pasti
karena semalaman aku tak tidur. Tapi, itu setimpal dengan apa yang aku
dapatkan. Setidaknya aku sudah tak bingung lagi menghadapi esok lusa.
Saat
aku tengah berjalan tiba-tiba sebuah tangan menyentuh dinding dan
menghalangiku. Aku sudah tahu kalau itu pasti tangan namja itu. Cho
Kyuhyun.
“Wae geurae?” tanyaku kesal.
“Ani,” katanya santai sambil masih dalam posisinya.
“Lalu mengapa kau menghalangiku?” tanyaku yang menahan emosiku. Kali ini aku memang memaksa seluruh emosiku agar tak meluap.
“Aku hanya tak bisa bila sehari tak melihat wajah marahmu,” jelasnya yang membuatku geram.
“Minggir!” kataku.
“Kubilang
minggir!” ulangku. Namun ia masih teteap pada posisinya. Aku pun
berinisiatif menginjak kakinya. Ia mengerang. Dan itu adalah
kesempatanku untuk pergi. Ia beruntung karena aku tak memakai heels.
Author POV
Donghae
tak sengaja memergoki Hyo Joo dan Kyuhyun sedang bersama. Entah mengapa
ia kelihatan tertarik untuk menetap dan menyaksikan mereka. Ia
memperhatikan Kyuhyun yang seolah ingin mendekati Hyo Joo namun Hyo Joo
terlihat tak suka dengan hal itu.
“Apa mereka mempunyai hubungan yang spesial?” gumam Donghae.
“Tunggu. Untuk apa aku memikirkannya? Sejak kapan aku seperti ini? omo!” lanjutnya yang kemudian memukul pelan kepalanya. Ia pun berbalik dan menjauh dari tempat itu.
oooOOOooo
Sinar
matahari perlahan mulai sirna kembali keperaduannya. Udara dingin Seoul
malam hari jelas terasa menembus dinding-dinding kokoh universitas ini.
Itulah yang membuat universitas ini selalu sepi kala gelap mulai
menyapa. Kebanyakan mahasiswa yang tinggal diasrama lebih memilih
menutupi sekujur tubuh mereka dengan selimut hangat dan berbaring
diranjang mereka.
Tidak dengan Hyo Joo. Entah apa yang tengah ia
cari. Ia berjalan pelan dikoridor asrama. Entah tempat mana yang akan ia
tuju. Sepi menyeruak tak menjadi halangan untuk melangkahkan kakinya.
Terdengar suara lantunan nada piano. Mungkin itu yang membawa
langkahnya. Ia pun sampai disebuah ruangan gelap. Nampak hening. Padahal
jelas-jalas tadi ia mendengar suara piano berasal dari tempat ini.
perlahan ia mulai melangkahkan kakinya untuk memasuki lebih dalam lagi
ruangan itu.
Hyo joo terhenti didepan sebuah piano. Ia menyentuh piano tersebut dan terbayang saat dimana halmeoni-nya
selalu mengajarkannya bermain piano saat ia kecil. Kemudian ia
memberanikan diri untuk duduk disebuah kursi dekat piano itu. Ia mulai
menekan piano tersebut. Perlahan namun pasti ia melantunkan nada demi
nada dengan jari jemarinya.
Awalnya nada itu terdengar lembut dan
terharmonisasi dengan baik. Namun entah mengapa nada itu kemudian
terdengar bising dan semakin berantakan. Hyo Joo menekan sembarang piano
tersebut dengana perasaan marah. Ia pun berheti memainkan dan
berteriak.
“Ahhhhh! Mengapa aku harus mengingat namja itu?!” keluhnya kesal.
Kemudian
terdengar suara tepuk tangan dari arah pintu. Hyo joo menoleh dan
memperhatikan sosok namja yang berdiri dari kejauhan. Ia masih belum
bisa melihat namja itu dengan jelas karena ruangan yang gelap. Namja itu
semakin mendekat. Dan akhirnya namja itu tiba tepat didepan piano. Hyo
Joo memandang wajah namja itu dan mencoba menemukan jawaban siapa namja
itu. Akhirnya ia menyadari bahwa namja itu adala Donghae.
“Neo?” katanya kaget.
“Ya! yeoja Heels,” sapa Donghae yang membawa segelas kopi.”Kita bertemu lagi,” lanjutnya.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Hyo Joo.
“Harusnya aku yang menanyakan itu padamu,”
“Maksudmu?”
“Aku sedari tadi disini,”
“Aku tak melihatmu,”
“Itu karena aku keluar sebentar untuk mengambil kopi,” jelas Donghae.
“Oh,”
“Kau sendiri, malam-malam begini sedang apa? Bermain piano dengan hati yang geram begitu,”
“A.. A.. Aku hanya. . .” jawab Hyo Joo gugup.
“Hanya
apa? kau selalu tak bisa menjawab pertanyaanku,” potong Donghae.
“Sebenarnya permainanmu bagus,” kata Donghae yang semakin mendekati Hyo
Joo. “Jika kau tak meluapkan kemarahanmu,” Donghae menunjuk kepala Hyo
Joo.
Kemudian Donghae duduk disamping Hyo Joo. Ia melihat secarik kertas yang ada diatas piano dan mengambilnya.
“Ige mwoya?” katanya sambil melihat tulisan dikertas itu.
Hyo Joo menoleh dan berusaha meraih kertas tersebut. Namun Donghae mencegahnya.
“Kembalikan punyaku!” kata Hyo Joo.
“Sebuah lagu? Benarkah ini sebuah lagu?” kata Donghae seolah tak percaya.
“Itu milikku,”
“Lagu ini, milikmu? Jinja?” tanya Donghae.
“Ne. Oleh karena itu kembalikan padaku,”
Donghae
malah mulai menekan piano dan memejamkan mata. Hyo joo yang berniat
mengambil kertas yang kini ada dipiano tersebut terpaksa mengurungkan
niatnya. Itu karena ia mendengar nada yang dilantunkan Donghae mirip
dengan nada yang dilantunkan oleh Kyuhyun. Dengan kata lain itu adalah
lagu milik Hyo Joo.
Donghae berhenti bermain piano dan menoleh kearah Hyo Joo yang tersenyum.
“Wae?” tanya Donghae.
Hyo Joo terlihat terkejut karena menyadari Donghae memergokinya yang tengah tersenyum.
“Ani,” jawabnya gugup. Seketika pipinya memerah. “Kau sangat pandai memainkan piano,” puji Hyo Joo.
“Sepertinya lagu ini sangat penuh perasaan. Aku suka,” kata Donghae. “Kau yang mengarangnya?”
“Bukan sepenuhnya diriku yang membuat,”
“Lagu ini punya makna untukmu?”
“Ne. Lagu itu adalah hadiah untuk mantan pacarku, tapi . . .” wajah Hyo Joo berubah muram.
“Mantan pacar?”
Hyo Joo mengangguk. “Tapi aku sudah melepaskannya. Sebenarnya, sedang berusaha. Tapi rasanya sulit sekali,” lanjut Hyo Joo.
Donghae teringat kembali dengan kejadian tadi sore dimana ia melihat Hyo Joo dan Kyuhyun bersama.
“Jadi dia mantanmu,” gumamnya.
“Mwo?” kata Hyo Joo yang kaget mendengar ucapan Donghae yang terdengar seperti ia mengenal siapa mantan pacarnya.
“Ani. Aku mengerti perasaanmu saat ini. Menjauh, tapi sebenarnya ingin mendekat,” kata Donghae.
“Emm,”
Hyo Joo mengangguk. “Cinta itu menakutkan. Ketika kita telah merasakan
apa itu cinta dan kemudian Cinta itu pergi tanpa pamit,” lanjut Hyo
Joo.
Seketika suasana hening. Hyo Joo dan Donghae melebur dalam
lamunan mereka masing-masing. Perasaan kehilangan yang amat dalam
sama-sama mereka rasakan.
oooOOOooo
Hyo Joo POV
Aku
tak hentinya memegangi dadaku yang sedari tadi terasa hampir tertembus
oleh detakan jantungku yang amat kencang. Aku hampir meledak dengan
alasan yang tak aku ketahui. Perasaan apa ini? aku terus mengelus
dadaku. Aku segera menuju kamarku sebelum tengah malam. Aku tidak ingin
terlambat bangun esok pagi dan mengacaukan segalanya. Rasanya aku ingin
segera terlelap dan bermimpi indah.
Aku mulai membuka perlahan
pintu kamarku agar tak ada yang terganggu. Aku segera merebahkan tubuhku
perlahan dan menarik selimutku. Aku lihat disebelahku Soo Ae sudah
terlelap. Tidurnya begitu nyenyak. Ia nampak cantik tanpa kacamata yang
senantiasa betengger dikedua matanya.
oooOOOooo
Aku
tengah sibuk menyanyikan laguku dengan ditemani oleh Kyuhyun
disampingku. Aku heran karena tempat yang aku singgahi saat ini sama
seperti ketika aku dan donghae bermain piano. Piano yang aku dan Kyuhyun
mainkan pun sepertinya sama. Entah mengapa kali ini dia tak membuat
sesuatu yang membuatku marah. Malah kami sempat saling melepas cenda
dengan saling menyenggol bahu bergantian.
Saat
kami asyik tertawa tiba-tiba saja sebuah tangan lembut dengan kasar
menarik tanganku yang tengah menari-nari diatas piano. Aku menoleh
kepada sang pemilik tangan. Rupanya itu adalah tangan milik seorang
yeoja tepatnya adalah Soo Ae. Soo Ae menatapku garang.
“Wae geurae, Soo Ae~yah?” tanyaku bingung.
Soo
Ae terlihat tengah menahan luapan amarahnya. Serasa bola kaca yang akan
pecah. Hanya tinggal menunggu hitungan detik saja. Kemudian pecah.
“WAE GEURAE?!” bentak Soo Ae. “Harusnya aku yang menanyakan itu!” tangisnya pecah.
“S-s-s-soo ae~yah, aku tak mengerti,” kataku tergagap.
“Aku tak menyangka kau melakukan ini dibelakangku. APA YANG MEMBUATMU BEGINI? KATAKAN APA SALAHKU?!” emosi Soo Ae makin menjadi.
Sementara Kyuhyun hanya diam tanpa berkata apapun.
“Aku tak mengerti. Soo Ae~yah ku mohon jangan begini,” pintaku yang memegang tangannya.
Soo
Ae malah menghempas tanganku hingga tubuhku lunglai dilantai. Aku
menoleh kearah Kyuhyun yang membeku. Aku benar-benar bingung dengan apa
yang tengah terjadi. Apa ini karena Kyuhyun? Pikirku.
“Soo Ae~yah, kau salah paham,” kataku.
“ANI! Tidak ada kesalahpahaman. Aku mengerti,” Soo Ae masih bersikeras memarahiku.
“Aku tak ada hubungan dengan Kyuhyun. Kami hanya teman, dia. . .”
“CUKUP!” bentak Soo Ae yang membuatku tertunduk.
“Aku pergi. Aku tidak ingin melihatmu lagi. Jangan pernah sesekali muncul dihadapanku lagi CHOI HYO JOO!!!”
Soo
ae beranjak menjauh dariku. Aku berusaha menahannya. Kuraih kakinya dan
aku pegangi. Aku tak henti-hentinya memohon pada Soo Ae untuk
memaafkanku. Tangisku pecah. Namun Soo Ae kembali menghempaskan
tanganku tapi kali ini dengan kakinya. Aku terhempas. Mataku menerawang
Soo Ae yang semakin memudar. Pandanganku kabur.
“HAJIMA!” teriakku.
Author POV
“ANDWAE!” teriakan melengking dari mulut Hyo Joo yang masih terpejam mengganggu mimpi tidur Soo Ae dan Sae ri.
Soo Ae membuka matanya kemudian mengguncangkan tubuh Hyo Joo. Sementara Sae ri kelihatan belum begitu sadar.
“Ya! Hyo Joo~yah! wae geurae?” tanya Soo Ae panic.
Kemudian Hyo Joo membuka matanya cepat dan melihat Soo Ae dihadapannya. Ia segera memeluk Soo Ae erat.
“Kim Soo Ae,” rengek Hyo Joo.
“Ya! Kau ini mengapa memanggil namaku seperti itu?” tanya Soo Ae sambil mengusap bahu Hyo Joo.
“Ani,” Hyo Joo melepaskan pelukannya dan menyeka air matanya.
“Kau menangis?” ledek Soo Ae.
“Mwo? Hyo Joo menangis? wae geurae?” sela Sae ri.
“Na gwaenchana. Aku hanya mimpi buruk,” kata Hyo Joo.
“Yasudah. Sekarang pergilah bersihkan dirimu. Kita tidak boleh terlambat pagi ini,” kata Soo Ae.
Hyo Joo mengangguk dan pergi menuju kamar mandi.
oooOOOOoooo
Hyo Joo POV
Aku
sangat tak bersemangat pagi ini. Kupegang sesekali mataku yang masih
sembab. Aku terus menerus terpikir tentang mimpiku. Aku benar-benar
takut. Itu tergambar jelas sekali. Bahkan aku sampai takut untuk
memandang wajah Soo Ae.
Dari kejauhan aku melihat beberapa
mahasiswa yang mengerumuni aula. Aku tertarik untuk mengetahui apa yang
tengah mereka lihat. Aku berharap itu adalah sesuatu yang dapat membuat
mood-ku kembali baik. Aku menyusup diantara kerumunan tersebut. bersusah
payah diriku mencoba sampai akhirnya aku sampai didepan kotak kaca
tempat yang sering digunakan untuk memasang informasi. Mataku membulat.
Aku terbelalak melihat beberapa foto yang terpampang jelas disana.
Tubuhku membeku. Lidahku kelu. Kakiku terasa merekat dengan lantai yang
aku pijak. Aku benar-benar tak bisa bayangkan hidupku saat ini.
Aku mendengar kembali suara-suara sumbang itu. Jelas terasa pengang ditelingaku.
Kata-kata itu sukses meruntuhkan seluruh sel dalam tubuhku.
Soo Ae POV
Hancur!
Itu kata yang paling tepat mewakili perasaanku saat ini. Apa aku pantas
marah? Perlahan mataku sudah membuat bendungan dan siap tumpah. Mengapa
terasa sesakit ini? Mengapa harus kau yang ada disana, Hyo Joo? Apa
kecurigaanku selama ini benar? Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan?
Sekujur tubuhku terasa dingin. Namun, hatiku panas mendidih. Apa ini
yang namanya patah hati? Tiba-tiba saja pertahananku runtuh. Aku ambruk
dan lunglai dilantai. Aku bahkan tak mempedulikan semua orang yang
tengah menatapku aneh.
Tiba-tiba aku melihat sebuah sepatu yang
aku kenal. Aku mendongakkan kepalaku perlahan. Rasanya aku ingin meledak
saat melihat wajah yeoja yang ada dihadapanku ini.
“S-S-S-Soo Ae~yah,” ucapnya gugup.
Mendengar suaranya membuat bendungan dimataku tumpah. Darahku terasa semakin mendidih.
“Jangan dekati aku!” titahku. Aku mencoba mengumpulkan seluruh tenagaku untuk bangkit dan berlari menjauhinya dan tempat itu.
Aku
terduduk dibawah pohon belakang universitas. Kuletakkan kedua tanganku
dan melipatnya diatas lututku. Aku teringat kembali pada ucapan Han ni
tadi malam.
Malam itu aku tengah asyik
menyaksikan penampilan Kyuhyun seperti biasanya. Tak henti aku teriakkan
namanya. Tiba-tiba seorang yeoja yang tak lain adalah Han ni
menghampiriku. Ia berdiri disampingku.
“Kelihatannya kau menyukai namja itu,” selidik Han ni.
Aku mengangguk malu.
“Aku kira dia adalah pacar sahabatmu,”
“Sahabatku?” kataku bingung.
“Sahabatmu,” ia berpikir. “ Kalau tak salah dia yang bertengkar denganku,” lanjutnya.
“Hyo Joo? Tidak mungkin,”
“Bagaimana tidak mungkin? Aku melihat mereka begitu dekat,”
“Aku percaya pada Hyo Joo. Dia tahu kalau aku sangat menyukai Kyuhyun. Jadi, aku rasa ia tak akan melakukan hal itu,” kataku.
“Kalau ternyata ia melakukannya, bagaimana?”
“Kau terlalu mengada-ada,” kataku.
“Sahabat itu juga manusia, bukan? Sesuatu yang nampak indah tidak selalu indah pada kenyataanya,”
“Apa sebenarnya maksudmu?” tanyaku yang mulai kesal.
“Ani. Pikirkan saja olehmu. Berhati-hatilah,” katanya acuh sebelum ia benar-benar pergi dari sampingku.
Aku terus menangis tapi kali ini bukan karena aku cemburu melainkan karena aku kecewa pada sahabatku sendiri.
oooOOOooo
Author POV
Sae
ri membujuk Hyo Joo yang terduduk lemas dilantai untuk bangkit dan
pergi bersamanya. Eunhyuk pun membantunya. Hyo Joo pun menurut setelah
beberapa saat Donghae datang.
“Wae geurae?” tanya Donghae.
“Bukan urusanmu,” kata Hyo Joo hampa.
Hyo
Joo pergi menjauhi tempat itu dan meninggalkan Donghae dengan tatapan
hampa. Disampingnya, Sae ri dan Eunhyuk memegangi bahu Hyo Joo.
Sementara
Donghae menatap foto-foto dihadapannya dengan lirih. Sepertinya ia juga
tak tahu mengapa ia tiba-tiba menjadi orang yang peduli pada urusan
orang lain. Ia menelan ludahnya dan menoleh kearah Hyo Joo yang semakin
jauh.
“SIAPA YANG MELAKUKAN INI?!” teriak geram seorang namja yang baru saja datang.
TBC..
Nahloh... bagaimana dengan Hyo Joo dan Soo Ae?? hehehee...
yang udah baca jangan lupa di CL, ^^
0 komentar:
Posting Komentar